Selasa, 24 Maret 2015

KONSEP TAWAKAL DALAM ISLAM

Ajaran islam memerintahkan agar tawakal. Banyak pemahaman tawakal yang salah, tawakal adalah sikap penyerahan diri kepada Allah secara totalitas tanpa harus dibarengi dengan ikhtiar (usaha). Jelas pemahaman ini sangatlah keliru, karena menurut para ulama yag dimaksud tawkal kepada Allah SWT harus disertai dengan ikhtiar. Atau dengan kata lain, justru tawakal itu menuntut orang agar giat berusaha dengan serius dan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki secara optimal, baru setelah berusaha sedemian hebatnya ia menyerahkan sepenuhnya tentang keberhasilan yang diusahakan itu kepada Allah SWT yang menguasai alam semesta. Coba perhatikan sabda Nabi Muhammad SAW.


 


" Ikatlah untamu kemudiaan bertawakallah kepada Allah"

Maksud sabda Nabi ini; ikatlah baik-baik unta anda itu dan berhati-hatilah, setelah itu anda baru menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Bisa saja bahwa unta hanya simbul dari pada harta. Secara dhohir maka diperintahkan kita melindungi harta yang kita miliki dengan cara-cara memproteksi dari kemungkinan akan kehilangan (save)  dari tangan-tangan orang yang tidak mau bertanggung jawab. Bila pekerjaan dhohir telah dilakukan secara maksimal, maka kita pasrahkan kepada Allah, ini merupakan pekerjaan yang bersifat bathin.

Hidup dan kehihidupan dalam meraih kesuksesan harus melalui sebuah kompetisi atau persaingan yang sangat ketat. Hal ini sejak awal akan terjadinya manusia baru. Ketika berjuta-juta sperm lelaki dikeluarkan dan bergerak menuju sel telur wanita yang hanya satu buah. Jutaan sperm yang seperti kecebong bergerak menuju saluran filopi dengan gerakan menyapu, ada yang pada kalah cepat karena kekurangan tenaga, ada yang mati karena tidak kuat dengan keasaman saluran indung telur. Setelah sudah sampai di sel telur yang siap dibuahi, saat itu sel telur seperti bulan yang sangat indah, maka hanya ada satu sel sperm yang bisa membuahi sel telur. Sel telur yang kuat dan energik yang berhasil. Kesimpulanya bahwa manusia sudah melakukan kompetisi/persaingan yang sangat ketat ketika masih berupa sperm. Setelah sembilan bulan di kandungan ibunya, dan keluar ke bumi hingga besar, hidup di dunia penuh dengan kompetisi, penuh strugle of live. Maka hanya yang berani dan mau berjuang dengan berjerih payah, mau capai, mau mengurangi waktu tidur, mau berkorban dalam segala hal baik materi, waktu, pikiran, tenaga, dan mengorbankan perasaan, tapi jangan sampai mengorbankan harga diri dan martabat yang merupakan kemuliaan manusia. Kompetisi dalam hidup di dunia bermacam jenisnya, ketika masuk ke jenjang pendidikan sudah ada kompetisi tempat pendidikan yang baik maka banyak saingannya. Tempat kerja yang baik, sampai meniti karir dalam bekerja harus berkompetisi sesama pekerja agar bisa mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi lagi. Begitu juga bagi seorang pengusaha, banyak persaingan usaha maka agar produk dan jasa kita bisa bisa merebut pangsa pasar, maka harus lewat kompetisi di dalam masyarakat. Hidup layaknya "berperang" melawan pesaing-pesaing yang ada dihadapannya.

Firman Allah : 
 " Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi"
(QS Al-Anfal (8) : 60)

Jadi persiapkanlah diri anda dengan segala potensi dan kemampuan yang ada miliki. Islam mengajarkan agar Menyiapkan (rencana/planing) kekuatan apa saja, ini berarti semua potensi yang bisa mempengaruhi proses pelaksanaan tujuan harus di adakan sebaik baiknya. Menyiapkan sarana dan prasarana (hard ware dan soft ware), recruitment personil dengan tepat, metode/sistem yang digunakan dalam proses pencapaian sasaran. Islam telah memperkenalkan sebuah sistem manajemen dalam melakukan tindakan, agar di capai hasil yang baik, pada saat melakukan kompetisi itulah anda menyerahkan diri anda kepada Allah SWT.

HIJRAH


Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh baginda Nabi Agung Muhammad waktu melakukan hijrah ke Madinah. Sebelum hijrah, beliau mempersiapkan beberapa keperluan yang akan dibutuhkan selama menempuh perjalanan hijrah seperti persenjataan, makanan dan minuman. Beliau juga menyiapkan kendaraan, dan menyiapkan orang (Abu Bakar) yang akan menjadi teman selama perjalanan menuju Madinah. Beliau juga mengangkat seorang guide atau petunjuk jalan (Abdullah bin Ariqath) yang mengetahui jalan menuju Madinah dan mengetahui sebuah gua yang akan menjadi persembunyian Nabi dan Abu Bakar. Hal ini untuk mengelabuhi pengejaran dari orang-orang Quraish. Disamping itu juga dipersiapkan seorang yang mau mengantarkan makanan dan minuman selama Nabi dan Abu Bakar berada di dalam gua Tsur.






 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Nabi sebelum belakukan hijrah ke Madiah terlebih dahulu mempersiapkan semua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha manusia secara lahiriyah seperti perencanaan, penyiapan dan pengaturan. Setelah seluruh faktor telah dipersiapkan dengan matang, barulah proses hijrah dilakukan. Ketika Nabi dan Abu Bakar berada di dalam persembunyiannya di dalam gua, datanglah orang-orang kafir Quraish dan mengepung gua. Melihat keadaan yang sangat kritis tsb, Abu Bakar berkata : "Sekiranya salah seorang di antara mereka melihat kedua kakinya sendiri tentu saja melihat kami". Hal ini karena posisi persembunyian Nabi dan Abu Bakar tepat berada di bawah kaki-kaki orang Quraish. Mendengan ucapan demikian, Nabi dengan tegas bersabda: "Wahai Abu Bakar, janganlah dikira kami ini hanya berdua, Allah-lah di pihak yang ke tiga. Jangan engkau bersedih hati, sesungguhnya Allah senantiasa bersama Kami".

Itulah potret hakekat tawakal yang sebenarnya. Ketika anda menghadapi problematika yang serba sulit dan yang menurut perhitungan pikiran manusia tidak ada jalan lagi penyelesainnya. Nah, pada saat seperti inilah anda menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT untuk memberikan jalan keluarnya dan membuka pintu pikiran anda melalui petunjuk-Nya. Namun bila anda memiliki kemampuan dan kesempatan maka laksanakanlah kemampuan yang anda miliki sebaik-baiknya  disesuaikan dengan problematika yang dihadapi, kemudiaan serahkan keberhasilan yang diharapkan sepenuhnya kepada Allah.