Kamis, 20 Agustus 2015

MELURUSKAN IKHLAS



Ruhnya sebuah amal adalah ikhlas. Ikhlas adalah amal bathin, tiada orang yang tahu sekalipun teman dekat, hanya diri sendiri dan Allahlah yang tahu. Oleh karena itu setiap kita beramal selalu mengevaluasi amal kita, ketika permulaanya amal kita berniat dengan ikhlas akan tetapi dalam perjalananya terjadi penyimpangan menuju perbuatan ikhlas. Karena syetan yang senantiasa menggoda kita agar amal baik kita dicederai dengan tidak ikhlas. Syetan menggoda agar kita tidak beramal, kalau sampai bisa melakukan amal maka syetan menggodanya agar amal tsb tidak ikhlas dengan membangkitkan rasa sombong dalam dirinya, merasa paling soleh merasa paling baik. Oleh karena itu tipu daya syetan agar selalu kita mewaspadai, karena syetan selalu membelak-belokkan niat ikhlas kita agar tergelincir dari amal yang tidak ikhlas, membisik-bisikan perbuatan agar timbul ria. Bagaimana agar amal kita bisa ikhlas ?. Pertama agar senantiasa meng evaluasi amal-amal kita agar ikhlas dan yang kedua adalah selalu berdo’a agar setiap amal kita selalu ikhlas.
Bila ada komentar-komentar dari orang lain akan tindakan amal yang telah kita lakukan dengan nada sumbang, biarkan saja karena hanya Allah dan dirinya yang mengetahui akan ke ikhlasan perbuatan kita. Bila amal kita ikhlas, maka kita tidak akan marah atau tersinggung  bila perbuatan amal kita dibicarakan orang dengan nada minir, begitupun sebaliknya bila amal kita di puji orang maka kita tidak akan bangga dengan pujian yang ini merupakan benih-benih kesombongan yang bila selalu di hembus-hembusakan maka akan timbul rasa bangga yang bisa menjebak kita menjadi perbuatan yang tidak ikhlas. Dengan bangganya akan berkata “ Ini semua tidak akan terbentuk bila aku tidak bergerak”. Kata sayyidina Ali bin abi Thalib ra. “Bila kamu  berbuat iklas maka jangan katakan aku telah berbuat ikhlas”. Karena didalam ucapan tsb ada keniatan yang tersembunyi agar orang lain mengakui ke ikhlasan kita agar di anggap melakukan perbuatan ikhlas.  Apa artinya sebuah pujian manusia buat diri kita ?. Hanya Cuma rasa bangga akan pengakuan kehormatan manusia.
Perbuatan tidak iklas bisa dikatagorikan perbuatn musyrik kecil, musyrik yang samar-samar. Bila kita akan berbuat amal baik maka kita niatkan, karena bila sudah berniat beramal baik baik maka sudah dicatat sebagai amal perbuatan baik walaupun belum dikerjakan, akan tetapi bila kita berniat melakukan perbuatan tidak baik maka belum dicatat sebagai perbuatan kejahatan sebelum dilkukan tindakan kejahatan.
Oleh karena itu setiap amal yang akan kita lakukan kita niatkan semata-mata mencari ridho Allah. Salah satu do’a yang setiap hari kita ucapkan adalah do’a iftitah kita dalam sholat “ Inna sholati wanusuki wamahyaya wa mamati lillahi robil’alamin “. Sesungguhnya sholatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah.  Ini gambaran ikhlasan “Hanya Untuk Allah”. Bila ini menjadi motivasi amalan kita, maka orang lain tidak akan bisa mempengaruhi amalan kita, atas amal kita kita tidak akan tersinggung, apalagi sampai marah karena tujuan amal kita bukan untuk manusia akan tetapi “Lillahi Robbil ’alamin”. Semua amal yang dilakukan oleh hati, oleh lisan dan oleh anggota badan akan mendapat perhitungan disisi Allah.
Ada sebuah kisah seseorang yang bertempur di medan perang dan gugur sebagai syuhada. Sehingga para sahabat berkomentar dia gugur sebagai seorang yang syahid. Akan tetapi Nabi memberi komentar lain “ Ia meninggal bukan seorang syuhada “. Ternyata selidik punya selidik ternyata sahabat yang meninggal dunia di medan pertempuran, niatnya ketika mau berangkat perang agar mendapat pujian dari calon mertua perempuan yang akan dinikahinya. Ketika perang sebuah panah mengenai dadanya, karena tidak kuat menahan rasa sakitnya, maka panah yang menancap di badannya didorongnya kedalam badannya, hingga akhirnya meninggal dunia dengan cara membunuh dirinya. Ini karena terjadi titik berangkatnya berperang bukan mencari ridho Allah atau tidak ikhlas, karena kertika terjadi luka dibadannya maka ia tidak kuat.
Ketika kita niat akan berinfak syetan sudah mulai menggodanya. “ Jangan berinfak karena kebutuhan kita juga masih banyak “. Bila kita menang dan kita mengeluarkan infak, maka syetan masih menggodanya, agar infak yang dikeluarkan akan menjadi ria. Sifat ria seperti kayu bakar yang akan membakar habis amal-amal yang telah kita lakukan, sehingga dimata Allah tidak akan mendapatkan pahala.