Ruhnya sebuah amal adalah ikhlas. Ikhlas adalah amal bathin,
tiada orang yang tahu sekalipun teman dekat, hanya diri sendiri dan Allahlah
yang tahu. Oleh karena itu setiap kita beramal selalu mengevaluasi amal kita,
ketika permulaanya amal kita berniat dengan ikhlas akan tetapi dalam
perjalananya terjadi penyimpangan menuju perbuatan ikhlas. Karena syetan yang
senantiasa menggoda kita agar amal baik kita dicederai dengan tidak ikhlas.
Syetan menggoda agar kita tidak beramal, kalau sampai bisa melakukan amal maka
syetan menggodanya agar amal tsb tidak ikhlas dengan membangkitkan rasa sombong
dalam dirinya, merasa paling soleh merasa paling baik. Oleh karena itu tipu
daya syetan agar selalu kita mewaspadai, karena syetan selalu membelak-belokkan
niat ikhlas kita agar tergelincir dari amal yang tidak ikhlas, membisik-bisikan
perbuatan agar timbul ria. Bagaimana agar amal kita bisa ikhlas ?. Pertama agar
senantiasa meng evaluasi amal-amal kita agar ikhlas dan yang kedua adalah
selalu berdo’a agar setiap amal kita selalu ikhlas.
Bila ada komentar-komentar dari orang lain akan tindakan
amal yang telah kita lakukan dengan nada sumbang, biarkan saja karena hanya
Allah dan dirinya yang mengetahui akan ke ikhlasan perbuatan kita. Bila amal
kita ikhlas, maka kita tidak akan marah atau tersinggung bila perbuatan amal kita dibicarakan orang
dengan nada minir, begitupun sebaliknya bila amal kita di puji orang maka kita
tidak akan bangga dengan pujian yang ini merupakan benih-benih kesombongan yang
bila selalu di hembus-hembusakan maka akan timbul rasa bangga yang bisa
menjebak kita menjadi perbuatan yang tidak ikhlas. Dengan bangganya akan
berkata “ Ini semua tidak akan terbentuk bila aku tidak bergerak”. Kata
sayyidina Ali bin abi Thalib ra. “Bila kamu berbuat iklas maka jangan katakan aku telah
berbuat ikhlas”. Karena didalam ucapan tsb ada keniatan yang tersembunyi agar
orang lain mengakui ke ikhlasan kita agar di anggap melakukan perbuatan
ikhlas. Apa artinya sebuah pujian
manusia buat diri kita ?. Hanya Cuma rasa bangga akan pengakuan kehormatan
manusia.
Perbuatan tidak iklas bisa dikatagorikan perbuatn musyrik
kecil, musyrik yang samar-samar. Bila kita akan berbuat amal baik maka kita
niatkan, karena bila sudah berniat beramal baik baik maka sudah dicatat sebagai
amal perbuatan baik walaupun belum dikerjakan, akan tetapi bila kita berniat
melakukan perbuatan tidak baik maka belum dicatat sebagai perbuatan kejahatan
sebelum dilkukan tindakan kejahatan.
Oleh karena itu setiap amal yang akan kita lakukan kita
niatkan semata-mata mencari ridho Allah. Salah satu do’a yang setiap hari kita
ucapkan adalah do’a iftitah kita dalam sholat “ Inna sholati wanusuki wamahyaya
wa mamati lillahi robil’alamin “. Sesungguhnya sholatku ibadahku hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah. Ini
gambaran ikhlasan “Hanya Untuk Allah”. Bila ini menjadi motivasi amalan kita,
maka orang lain tidak akan bisa mempengaruhi amalan kita, atas amal kita kita
tidak akan tersinggung, apalagi sampai marah karena tujuan amal kita bukan untuk
manusia akan tetapi “Lillahi Robbil ’alamin”. Semua amal yang dilakukan oleh
hati, oleh lisan dan oleh anggota badan akan mendapat perhitungan disisi Allah.
Ada sebuah kisah seseorang yang bertempur di medan perang
dan gugur sebagai syuhada. Sehingga para sahabat berkomentar dia gugur sebagai
seorang yang syahid. Akan tetapi Nabi memberi komentar lain “ Ia meninggal
bukan seorang syuhada “. Ternyata selidik punya selidik ternyata sahabat yang
meninggal dunia di medan pertempuran, niatnya ketika mau berangkat perang agar
mendapat pujian dari calon mertua perempuan yang akan dinikahinya. Ketika
perang sebuah panah mengenai dadanya, karena tidak kuat menahan rasa sakitnya,
maka panah yang menancap di badannya didorongnya kedalam badannya, hingga
akhirnya meninggal dunia dengan cara membunuh dirinya. Ini karena terjadi titik
berangkatnya berperang bukan mencari ridho Allah atau tidak ikhlas, karena
kertika terjadi luka dibadannya maka ia tidak kuat.
Ketika kita niat akan berinfak syetan sudah mulai menggodanya.
“ Jangan berinfak karena kebutuhan kita juga masih banyak “. Bila kita menang
dan kita mengeluarkan infak, maka syetan masih menggodanya, agar infak yang
dikeluarkan akan menjadi ria. Sifat ria seperti kayu bakar yang akan membakar
habis amal-amal yang telah kita lakukan, sehingga dimata Allah tidak akan
mendapatkan pahala.