Rabu, 22 April 2015

~ DO'A SETELAH SHALAT DHUHA~




DO'A SETELAH SHALAT DHUA

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBAADAKASH SHALIHIN.

Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

~ KEUTAMAAN SHALAT DHUHA ~

Pertama, orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. “Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Turmudzi)

Kedua, barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Alah. “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim).

Ketiga, orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. “Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani).

Keempat, orang yang istiqamah melaksanakan shalat Dhuha kelak ia akan masuk surga lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).
Kelima, Allah menyukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan menyukupimu di akhir harimu.” (HR. Abu Darda`).

Keenam, orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah. “Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim).

 
 



Selasa, 21 April 2015

~ INDUK ISTIGHFAR ~

شداد بن أوس ‏‏رضي الله عنه ‏عن النبي ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏‏سيد ‏‏الاستغفار أن تقول
{ اللهم أنت ربي لا إله إلا أنت خلقتني وأنا عبدك وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت أعوذ بك من شر ما صنعت أبوء لك بنعمتك علي وأبوء لك بذنبي فاغفر لي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت}
قال ومن قالها من النهار موقنا بها فمات من يومه قبل أن يمسي فهو من أهل الجنة ومن قالها من الليل وهو موقن بها فمات قبل أن يصبح فهو من أهل الجنة  .رواه البخاري


“Dari syaddad bin Aus  -semoga Allah meridhoi nya- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sayyidul istighfar ialah engkau mengucapkan: ‘Ya Allah Engkau adalah Robb-ku, tiada ilah yang berhaq diibadahi dengan benar selain Engkau, Engkau lah yang menciptakanku, aku adalah hamba-Mu, aku akan setia pada perjanjianku, dengan semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.’”[1]

Penjelasan Hadist

Di awal doa di katakan اللهم yang artinya adalah ‘Ya Allah’ dan ini sering kita temukan di beberapa doa yang tercantum dalam al-Quran dan juga sunnah Rosulullah, dan sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnu al-Qoyyim[2] makna dari  اللهم ialah: ‘Ya Allah’, maka tidak diperuntukan melainkan untuk meminta/memohon sesuatu, maka dari itu tidaklah kita mengatakan اللهم غفور رحيم (Ya Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang), akan tapi kita kata kan اللهم اغفر لي وارحمني (Ya Allah ampunilah aku dan sayangilah aku).
Kemudian dilanjutkan dengan أنت ربي لا إله إلا أنت خلقتني وأنا عبدك  artinya: ‘Engkau adalah Robb-ku tiada Robb yang berhaq diibadahi selain-Mu, Kau-lah yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu.’
Ini adalah ungkapan yang mencakup di dalamnya dua macam tauhid, yang pertama ialah tauhid rububiyyah dan yang kedua ialah tauhid uluhiyyah.
1. Tauhid rububiyyah yang isinya ialah pengakuan akan kemampuan Allah atas segalanya, Maha Pencipta, Maha memberi rizqi, Maha Mengatur, dan lainnya yang menyatakan akan kemahakuasaan Allah atas seluruh makhluk-Nya, juga tauhid rububiyyah mengharuskan adanya tauhid al-asma’ wa as-shifaat.
2. Tauhid uluhiyyah yang mencakup agar seorang hamba memurnikan seluruh amalnya, dan mempersembahkannya untuk Allah semata tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Dalam doa ini pun di katakan خلقتني وأنا عبدك artinya: ‘Kau-lah yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu.’
Para ulama mengatakan bahwa tauhid rububiyyah mengharuskan seseorang untuk mewujudkan tauhid uluhiyyah, karena jika seseorang yang beriman bahwa tidak ada yang menciptakan selain Allah maka wajiblah atasnya untuk menyembah dan beribadah hanya kepada yang menciptakannya, dan ini pun ada di dalam al-Qur’an, Allah berfirman وأنا ربكم فاعبدون artinya: ‘dan Aku-lah Robb kalian, maka sembahlah Aku.’[3]
Sahabat yang mulia Ibnu Abbas  -rodhiyallahu ‘anhuma- menafsirkan ayat 21-23 dalam surat al- Baqoroh dengan mengatakan: ‘Janganlah kalian menjadikan bagi Allah sekutu dalam ibadah sedangkan kalian mengetahui bahwa tidak ada yang menciptakan kalian selain Allah.’
Kemudian selanjutnya وأنا علي عهدك ووعدك مااستطعت artinya: ‘dan aku setia di atas perjanjianku dengan Mu, semampuku.’
Ulama menjelaskan makna dari kalimat ini, diantara maknanya ialah bahwa Allah telah memerintahkan kita agar selalu berada di atas keimanan, maka kita pun menyatakan akan berada di atas perintah-Nya dan senantiasa untuk berpegang teguh dengan perintah-Nya.
Dan di dalamnya pun dikatakan sesuai dengan kemampuanku, yaitu seorang hamba melaksanakan perintah Allah sesuai dengan kemampuan yang dia sanggupi, dan inilah salah satu bentuk rahmat Allahkepada hamba-Nya, yaitu dengan tidak membebani di luar kemampuan hamba. Dan ketika seorang hamba mengucapkan ‘sesuai kemampuanku’ menunjukan akan lemah dan kurangnya daya dari seorang hamba, sehingga ia memohon agar Allah tidak menghukumnya karena tidak melaksanakan perintah dengan sempurna.
Dan inilah salah satu faidah yang disebutkan ulama ketika menjelaskan hadist yang diriwayatkan dari Abu Huroiroh -rodhiyallahu ‘anhu- bahwa Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إذا أمرتكم بأمر فأتو منه مااستطعتم،
“Jika aku memerintahkan sesuatu perkara maka lakukanlah semampu kalian.”[4]
Di sini dijelaskan bahwa perintah dilakukan sesuai kemampuan yang dimiliki, karena suatu perintah terkadang tidak bisa dilaksanakan atau bisa dilaksanakan akan tetapi tidak sempurna pelaksanaannya.
Dan perlu disadari juga bahwa seorang hamba tidak bisa melakukan seluruh kewajiban yang Allah tentukan, juga tidak bisa memenuhi semua ibadah dengan keadaan yang sempurna, sehingga seorang hamba hendaknya bersungguh-sungguh untuk selalu berusaha memperbaiki keimanannya dan mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan, karena Allah-lah yang maha mengetahui apa yang dilakukan seluruh hamba-hamba-Nya, baik yang nampak atau yang tersembunyi.
Kemudian dikatakan dalam doa ini أعوذ بك من شر ما صنعت artinya: ‘Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat.’
Di sini dijelaskan bahwa seorang hamba hendaknya berlindung kepada Allah dari kejelekan yang dilakukannya, sebagaimana seseorang yang lari dari musuh menuju benteng pertahanan yang akan menyelamatkannya dari gangguan musuh tersebut. Dan juga di sini dijelaskan bahwa perbuatan kejelekan seorang hamba disandarkan kepada hamba yang melakukannya, sebagaimana dalam hadist yang disabdakan Rosulullah:
 والشر ليس إليك
yang artinya: ‘dan tidaklah kejelekan itu disandarkan kepada-Mu.’
Ini menunjukan bahwa perbuatan keburukan ialah hasil perbuatan hamba, dan Allah-lah yang memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang sempurna, dan seluruh perbuatan Allah mengandung hikmah dan maslahah (kebaikan).
Kemudian dilanjutkan doa ini dengan perkataan أبوء لك بنعمتك علي ،وأبوء بذنبي yang artinya: ‘Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku, dan aku mengakui dosaku.’
Dalam doa ini juga ada dua ungkapan, yaitu ungkapan akan kenikmatan Allah kepada hamba dan ungkapan pengakuan akan dosa seorang hamba, sehingga dengan ungkapan pengakuan nikmat Allah kepadanya mengharuskan hamba selalu bersyukur dan tidak kufur, juga dengan ungkapan pengakuan dosa yang mengharuskan seorang hamba selalu bertaubat akan dosa-dosanya.
Juga faidah yang disebutkan bahwa seorang hamba akan memulai taubat dari dosa ketika dia mengetahui dan mengakui dia berbuat kesalahan, karena itulah pelaku bid’ah jarang yang mengakui bahwa kebid’ahannya merupakan bentuk dosa kepada Allah, sehingga sedikit dari mereka yang diberi taufiq untuk bertaubat.
Kemudian di antara faidah dari doa ini juga bahwa seorang hamba ketika berada di pagi hari atau sorenya, tidaklah terlepas dari dua perkara ini yaitu nikmat yang Allah berikan atau dosa seorang hamba yang di lakukannya, sehingga sebagian salaf mengatakan:
(إني أصبح بين نعمة وذنب،فأريد أن أحدث للنعمة شكرا و للذنب استغفارا)
Artinya: “Aku berada di pagi hari di antara  nikmat dan dosa, maka aku ingin membalas nikmat dengan rasa syukur dan dosa dengan istighfar.”[5]
Kemudian doa ini ditutup dengan kalimat فاغفر لي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت artinya: ‘Maka ampunilah aku karena tidak ada yang mampu mengampuni dosa selain engkau.’
Dalam kalimat penutup dalam doa ini di dalamnya terkumpul antara tauhid dan istighfar, sebagaimana di dalam al-Quran pun banyak disebutkan penggabungan antara tauhid dan istighfar, sebagaimana dalam QS Muhammad ayat 19 yang Allah berfirman:
فاعلم أنه لا إله إلا الله واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات.
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada tuhan yang berhaq disembah melainkan Allah dan mintalah ampunan atas dosamu dan untuk orang-orang beriman laki-laki dan wanita mu’minaat.”
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa persaksian akan tiada tuhan yang berhaq disembah selain Allah dengan jujur dan keyakinan akan menghapuskan kesyirikan yang tersembunyi atau yang nampak, yang besar atau kecil, disengaja atau tidak, dan istighfar akan membersihkan sisa-sisa dari dosa lainnya, maka sebaik-baik pujian adalah ucapan tauhid, dan sebaik-baik doa adalah istighfar.
Maka selayaknya bagi setiap muslim untuk menghafal dan berdzikir dengan doa ini di pagi harinya dan di sore harinya, karena di dalam doa ini terkandung makna kemurnian peribadatan kepada Allah Ta’ala.



__________
1. Shohih Bukhori (no.6303)
2. Kitab Jala al-Afhaam (hal 143)
3.  QS al-Anbiya ayat 92

Rabu, 08 April 2015

WANITA, HARTA DAN TAHTA





Judul di atas adalah merupakan asesories dunia yang selalu menjadi rebutan manusia selama manusia ada di dunia. Ini adalah hal yang wajar dan manusiawi, karena didalam manusia ada unsur nafsu ditambah lagi ada unsur dari luar manusia yang senantiasa menggodanya baik dari depan, dari belakang bahkan sampai masuk keperedaran darah, itulah syetan. Kehidupan manusia yang menjeneralisir lewat aktivitas kehidupan sehari-hari baik mereka yang menggeluti bidang ekonomi, bidang politik, bidang seni dan budaya, bidang sosial lainnya tidak akan lepas menyentuh dan berurusan dengan wanita, harta dan tahta. Ketiga-tiganya bisa menjadi sasaran dalam kehidupan di dunia yang temporer ini. Bila kita pilih salah satu menjadi sasaran utamanya,misalnya memilih tahta (jabatan/pangkat/status sosial yang tinggi), maka keduanya harta dan wanita bisa menjadi sarana/alat guna mencapapai tahta. Bila kita mempunyai sasaran utamanya harta, maka saranya adalah wanita dan tahta. Bila sasaran utamanya adalah wanita yang menjadi rebutan para kaum adam, maka saranya adalah harta dan tahta.

SEJAK MANUSIA PERTAMA HINGGA SEKARANG
Wanita, harta dan tahta adalah komponen yang menjadi rebutan keturanan adam sejak dahulu hingga sekarang. Ketiga komponen itulah dunia se isinya menjadi ramai, menjadi gaduh bahkan saling perang hingga menumpahkan darah mengotori dunia. Mari kita pelajari bersama, sejak manusia pertama ada di dunia yaitu Nabi Adam kemudiaan diberi oleh Allah pasangan hidupnya yaitu Siti Hawa. Dari kedua pasangan makhluk pertama ini maka dikaruniai Allah, dimana dalam setiap kehamilannya mengandung dua anak sekaligus, putra dan putri. Dua putra yang pertama adalah Qabil dan Iqlima. Dua putra berikutnya adalah Habil dan Labudza. Empat putra-putri adam itulah yang kita kenal . Tiap anak-anak Nabi Adam satu dengan yang lainnya berbeda karakter, sifat dan perawakannya.
·         Qabil berwatak kasar,suka menentang dan sombong, hatinya amat keras, kurang santun dalam bergaul, hampir tidak punya rasa belas kasihan sedikitpun, tidak bisa menghargai orang lain, setiap langkahnya selalu ada tamak dan hasrat terhadap kedudukan, tapi sayang tubuhnya tidak mempunyai ketahanan badannya tidak sekuat adik lelakinya, Habil. Qabil ditugasi oleh Nabi Adam mengelola perkebunan.
·         Adik Qabil adalah seorang wanita bernama Iqklima. Seorang wanita yang sangat cantik dan berhati baik. Setiap pandangan matanya membuat lelaki mabuk kepayang. Secara fisik bisa dikatakan sempurna.
·         Selanjutnya adalah Habil. Seorang lelaki yang baik hati, berjiwa besar, lembut, santun. Hatinya selalu membawa pesona, ya hatinya memang suci, tidak ada niat buruk apapun. Perangainya amat luhur. Tubuhnya sangat kuat dan kekar. Habil ditugasi Nabi Adam untuk mengelola perternakan.
·         Sedangkan saudara perempuannya bernama Labudza, seorang perempuan yang biasa-biasa saja. Boleh dikatakan cenderung kepada sifat-sifat yang kurang baik. Dia tidak begitu dekat dengan kebaikan dan keluhuran.

Menginjak anak-anak Nabi Adam telah dewasa. Maka Nabi Adam mempunya rencana hendak menikahkan putra-ptrinya sendiri. Dengan ketentuan, seorang lelaki dinikahkan dengan saudara perempuannya yang tidak kembar dan tidak satu kehamilan dengannya. Dengan demikian Nabi Adam memutus melakukan pernikahan ; Qabil dengan Labudza sedang Habil dengan Iqlima. Proses pernikahan silang sifatnya. Apa reaksi Qabil ?. Ia menolak perintah Nabi Adam sebagai ayahnya. Qabil menyadari ia menginginkan dilakukan pernikahan dengan adiknya yang satu ke hamilan yaitu Iqlima yang cantik dan berbudi pekerti yang baik. Qabil yang berwatak keras dan kasar tetap pada pendirianya, tidak mau dinikahkan dengan Labudza.
Inilah pertama kalinya komponen wanita menjadi bahan perebutan anak Adam. Bagaimana sikap Nabi Adam menyelesaikan masalah ini ?. Akhirnya Nabi Adam memerintahkan kepada Qabil dan Habil untuk melakukan Qurban dipuncak gunung, siapa-siapa yang diterima qurbannya. Qurban adalah anjuran yang diketahui Nabi Adam dari Jibril. Qurban memang bukan anjuran, hanya menguatkan sifat-sifat kemanusiaan dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.
Habil mengorbankan hasil peternakannya, dipihnya seekor kambing yang besar, sehat dan yang paling baik kemudiaan disembelih dan dagingnya dijadikan qurban.
Sedang Qabil mengorbankan hasil pertaniannya, dipilihnya hasil pertaniannya yang kurang baik dan di ikatnya dan di jadikan qurbannya.
Daging kambing yang baik dan segar dan seikat hasil pertaniaan yang tidak baik sama-sama di taruh di atas puncak gunung. Tiba-tiba datanglah api memungut daging qurban dan membiarkan ikatan-ikatan hasil pertanian. Habil tersenyum bahagia, tahu bahwa qurbanya yang diterima “ Berarti Allah meridhaiku”, begitu bisik lirih dihati Habil.
Qabil yang qurbanya tidak diterima dalam kemurungannya mukanya muram. Marah bukan kepalang. Ia bahkan mengancam hendak membunuh adiknya “ Habil,apa-apaan ini ? Qurbanmu diterima, qurbanku tidak. Dasar !”, seru Qabil menggelegar sambil jari telunjuknya mengarahkan ke Habil. “ Allah kan hanya menerima qurban orang yang bertakwa” Jawab Habil. Jawaban Habil menambah kemarahan Qabil dan bahkan mengancam akan membunuh Habil. Lebih parahnyanya lagi Qabil menganggap Ayahnya Nabi Adam lebih menyenangi Habil ketimbang dirinya. Dada Qabil semangkin sesak, maka datanglah syetan membisikan kepada Qabil agar jalan yang terbaik bunuh saja si Habil. Bisikan-bisikan syetan terus menerus dan akhirnya Habil dibunuh dengan menjatuhkan batu besar ke kepala Habil. Darah segar mengalir dan berbaur dengan debu-debu yang ada di bumi. Maka terjadilah petama kali pembunuhan dibumi oleh anak adam. Hingga Qabil menjadi bingung mau diapakan mayat Habil tsb. Akhirnya lewat seekor burung gagak yanng sedang mencoker-coker membuat lubang dan kemudiaan burung gagak yang satunya mati di masukkan kedalam lubang tsb dan menutupnya kembali dengan cokeran paruhnya. Maka Qabilpun meniru apa yang dilakukan oleh burung gagak tsb.
Tahu tidak ceriteranya kerajaan singasari ?. Ken Arok dulu hanya seorang pengawal kerajaan Tumapel dengan rajanya Tunggul Ametung yang mempunya permaisyuri yang sangat cantik bernama Ken Dedes. Ken Arok sang pengawal Raja, tidak berani menatap wajah permaisyuri raja. Ketika Ken Dedes sedang mau naik tandu, Ken Arok menjaga agar tidak jatuh menaiki tangga ke tandu. Secara tidak di sengaja, Ken Arok melihat betis Kendedes yang putih dan mulus. Mata Ken Arok berbinar, seakan melihat cahaya putih dan pandangan tsb menembus sampai kerelung hatinya dan membangkitkan nafsu. Mulai saat itu hati Ken Arok risau, gelisah, rindu dendam kepada Ken Dedes yang cantiknya sempurna. Mulailah syetan-syetan menjalankan tugasnya dengan pelan dan pasti. Bisikan-bisikan syetan memberikan solusi bagimana mengatasinya gejolak jiwa yang ada pada Ken Arok. Disuruhnya membunuh suaminya yang menjadi rajanya, bila rajanyanya mangkat, selain mendapatkan Ken Dedes maka ia akan menggantikan jadi raja. Diaturlah strateginya pertama lewat pembuatan keris pusaka mpu Gandring. Akhirnya mpu Gandring sang pembuat keris dibunuhnya. Keris buatan mpu Gandring yang sangat baik tsb diberikan kepada Kebo Ijo yang berwatak keras, diberi hadiah keris yang sangat baik tsb Kebo ijo tambah senang, bahkan dipamerkan kepada kerabatnya. Ken Arok rupanya punya strategi yang bagus. Pada suatu malam keris yang diberikan ke Kebo ijo di curi oleh Ken Arok dan digunakan untuk membunuh Tunggul Ametung. Setelah membunuh Tunggul ametung, keris tsb dibiarkan di sebelah mayat Tunggul ametung.  Ke esokan paginya, gegerlah kerjaan atas meninggalnya sang raja. Tentunya bukti yang ada hanya sebilah keris, dan semuanya tahu bahwa keris tsb adalah milik kebo ijo. Tentunya kebo ijolah yang menjadi sasaran pembunuhan sang raja.
Ceritera di atas, hanyalah sebagai ibroh (nasehat), tentang asesories dunia wanita, harta dan tahta. Ketiga komponen tsb di atas yang menjadi kebanyakan tujuan hidup manusia di dunia, ketiganya menggoda jiwa setiap manusia, membuat silau, melupakan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Tujuan hidup manusia yang sesungguhnya adalah kehidupan di akhirat kelak dengan menggapai surga. Kehidupan dunia yang penuh onak, duri dan bisikan syetan yang mengajak menuju ke sesatan. Syetan memang menghendaki banyak teman di neraka. Waspadalah.....!

KEMANA RUH SAAT TIDUR



Dalam surah Az-Zumar ayat 42 Allah berfirman :
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.”
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah memegang jiwa-jiwa manusia ketika sedang tidur. Dalam ayat lain, yakni surah Al-An’am ayat 60-61 disebutkan:
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” 

Di dalam 2 ayat diatas, Allah menyebutkan kata wafat 2 kali, yakni pada kata “yatawaffakum” yang diartikan sebagai kata ‘menidurkan’ pada ayat diatas, juga pada kata “tawaffathu” yang berarti “diwafatkan”. Hal ini adalah tentang 2 macam wafat, yakni wafat sementara dan wafat selamanya. Hal ini dijelaskan dalam ayat Az-Zumar ayat 42, “maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan.”
Karena itulah, ketika kita tidur, menurut sunnah dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tempat tidurnya, kemudian kembali lagi, hendaklah ia mengibas-ngibaskan kainnya tiga kali (sebelum tibur pada tempat tidurnya). Sesungguhnya ia tidak mengetahui apa yang terjadi saat ia meninggalkannya. Dan apabila berbaring, hendaklah ia membaca : ‘Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, Rabb-ku, aku meletakkan lambungku (tidur), dan dengan-Mu pula aku mengangkatnya (bangun). Apabila Engkau menahan diriku (mati), sayangilah aku. Namun bila Engkau melepaskannya (hidup), peliharalah ia sebagaimana Engkau telah pelihara dengannya hamba-hamba-Mu yang shalih”.
Tulisan disarikan dari terjemahan Ibn Katsir Rahimahullah Jadi apabila kita hendak tidur berwudhu’ lah dan bacalah do’a agar terhindar dari segala macam bahaya dan penyakit

Minggu, 05 April 2015

KEUTAMAAN BULAN RAJAB DAN SYAKBAN

 BULAN RAJAB DAN BULAN SYAKBAN



Segala puji hanya kepada Allah Robb semesta alam. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Agung Muhammad saw, beserta para sahabatnya, para keluarga dan kepada seluruh pengikutnya hingga akhir Zaman. Amin.

Allah menciptakan bilangan bulan dalam satu tahun sebanyak dua belas bulan. Diantara dua belas bulan tersebuta ada empat bulan haram (suci). “Dinamakan bulan haram karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.” (Lihat Zaadul Maysir, tafsir surat At Taubah ayat 36)

Untuk lebih jelasnya mari kita simak firman Allah :
 
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”
  (Qs. At Taubah: 36)

 Lalu empat bulan haram apa yang dimaksud dalam ayat tsb di atas ?.Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ 
وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)

Karenanya bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah , Muharram dan Rajab adalah disebut bulan suci, dimana didalam bulan-bulan tsb bulan-bulan yang dimuliakan, sehingga kita di anjurkan untuk banyak-banyak melakukan perbuatan amal ketaatan . Bulan rajab adalah bulan dimana ada sebuah peristiwa yang sangat spektakuler tepatnya pada tanggal 27 Rajab yaitu Isra Mikraj merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke sidratul muntaha kecuali Nabi Agung Muhammad saw. 
Bila sudah masuk bulan rajab, maka dua bulan lagi umat islam akan kedatangan tamu agung yaitu bulan Ramadhan. Bulan suci, bulan yang penuh keberkahan dimana amal-amal soleh di obral, amalan sunah mendapat ganjaran amalan wajib,amalan wajib dilipat gandakan.Bulan ampunan, dimana seluruh dosa manusia mendapat ampunan. Bulan tilawah, dimana hampir seluruh umat manusia tiap harinya tidak lepas dari bacaan ayat-ayat suci Al Quran. Bulan kasih sayang, hampir semua umat islam berhati lembut dan kasih sayang, tidak segan-segan mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki untuk dibagikan untuk umat yang sedang kekurangan. Bulan rajab seakan bulan persiapan menyambut bulan suci ramadhan ibarat kita mau lari cepat, stat nya di bulan rajab. Keutamaan di bulan rajab banyak sekali yang meriwayatkannya, tetapi secara mental kita mulai meningkatkan amal-amal kebaikan dan menjahui perbuatan kemaksiatan.

Setelah melampau bulan Rajab maka selanjutnya memasuki bulan Syakban.  Pada bulan Syakban Rasulullah selalu berupaya untuk menyempurnakan ibadahnya sehingga pada bulan Syakban berupaya untuk meraih keutamaan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh istrinya Siti Aisyah.

“Dari Aisyah; Rasulullah tidak pernah puasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Sesungguhnya beliau berpuasa sebulan penuh pada bulan ini. (Hr. Bukhari Musim)
“ Dari Abu Hurairah  RA berkata, Rasulullah SAW bila pertengahan bulan Sya’ban telah dijumpai, maka janganlah berpuasa sunnah. (HR. Turmudzi).

Rasulullah saw banyak melakukannya ibadah malam di bulan syakban terutama pada pertengahan bulan (Nisfu syakban) . Shalat malamnya pada pertengahan bulan sama dengan shalat malamnya pada malam-malam lainnya. Hal ini diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah didalam Sunannya dengan sanad yang lemah,”Apabila malam nisfu sya’ban maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya.

Ketika memasuki bulan rajab dan syakban maka banyak-banyaklah berdo'a
 



Dua bulan secara berturut-urut yaitu bulan Rajab dan Bulan Syakban  bila di ibaratkan adalah bulan persiapan awal untuk memasuki bulan Ramdhan. Sehingga umat islam dua bulan sebelumnya sudah menyiapkan secara fisik dan mental lewat amalan-amalan kebajikan sehingga ketika memasuki bulan Ramadhan sudah benar-benar siap. Dengan harapan puasa di bulan ramdahan akan menghasilkan umat islam yang benar-benar bertakwa kepada Allah.

Betapa indahnya agama islam. Betapa teraturnya agama Islam. Betapa mulianya agama islam mengajak manusia menjadi mulia.

 “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” 
(QS. Al-Hujurat [49]:13)


wallahu'alam bishshowab.





Sabtu, 04 April 2015

MANUSIA MENURUT ISLAM

Pengertian manusia menurut agama islam
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Allah selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi lewat wahyu Al-quran dan realita faktual yang tampak pada diri manusia. Informasi itu diberi- Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu surat. Hal ini dilakukan-Nya agar manusia berusaha mencari, meneliti,memikirkan, dan menganalisanya. Tidak menerima mentah demikian saja. Untuk mampu memutuskannya, diperlukan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul secara analitis dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian laboratorium sebagai perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari Allah dan mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan.
Hasil peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa manusia terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh,  nafs, qalb, fikr, dan aqal.

A. Jasad
Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq: 5-7). Sperma dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan daging. Setelahnia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak manusia.
Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewujudkan sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Alquran mengharapkan agar umat manusia selalu memakan makanan yang halalan thayyiban (Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-maidah 88, dan surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah. Sedangkan kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi materinya.

B. Ruh
Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27) ketika janin berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.
Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk :
1. Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193)
2. Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap menerima beban perintah-perintah Allah dan sebagai orang yang dibekali dengan ruh, seharusnya ia elalu meningkatkan keimanannya terhadap Allah. Hal itu berarti mereka yang tidak ada usaha untuk menganalisa wahyu Allah serta tidak pula ada usaha untuk menguatkan keimanannya setiap saat berarti dia mengkhianati ruh yang ada dalam dirinya.

C.Nafs
Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat 185. Hadist menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam barzah sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara sempurna dengan tanah.
Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:
1. Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas memberikan pengertian bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.
2. Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari penjelasan ayat tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs lawwamah ini adalah jiwa yang condong kepada dunia dan tak acuh dengan akhirat.
3. Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini adalah jiwa yang mengarah ke jalan Allah untuk mencari ketenangan dan kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah.


2.2       Penciptaan manusia
hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami dalam al-quran, ketika menyatakan bahwa allah maha pencipta. Dengan kata lain, kehidupan manusia memiliki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari perubahan samapi kematian.
(Q.S Nuh 13-14) menyatakan bahwa manusia diciptakan dan ditentukan untuk perkembangan dalam tahapan. Ayat ini dalam pengertian bahwa manusia diciptakan dari nutfah (tetesan), kemudian diubah menjadi alaqah (segumpal pendarahan), kemudian menjadi mudhgah (segumpal darah), dan seterusnya.
(Q.S al-insyqaq 19) dalam pengertian surat ini bahwa manusia tumbuh dari satu keadaan lain sedemikian rupa, menjadi kanak-kanak setelah bayi, menjadi tua setelah muda dan kuat.
Dalam surat al’mu’minun ayat 12-15Allah S.W.T berfirman ;

Artinya :
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) daritanah.13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.15. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.(QS. Al- Mu’minuun 23 : 12-15). “

Dari ayat diatas ini diketahui bahwa perkembangan embrio terjadi secara bertahap. Tahapan-tahapan yang digambarkan dua ayat ini sama persis dengan temuan ilmu pengetahuan modern. Secara global, pentahapan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sel telur yang belum dibuahi diproduksi oleh organ wanita dan diletakan pada semacam tabung yang disebut fallopian. Saat bersenggama, akan ada satu sperma laki-laki yang membuahi sel telur. Sel telur yang dibuahi akan bergerak ke rahim (uterus)dan menempel pada dinding rahim.
Ketika menempel di dinding rahim, embrio akan berkembang sekitar 3 bulan.Setelah itu, terjadi perkembangan janin selama kurang lebih 6 bulan pada masa persalinan.
Dalam surat assajadah  ayat 7-9 yang berbunyi:
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ ﴿٧﴾ ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ ﴿٨﴾ ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ ﴿٩﴾
Artinya : Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.(Q.S assajadah 7-9)

Dari ayat al-quran diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari tanah. Tanah yang diinjak-injak sehari-hari, tanah yang dijadikan tempat bercocok tanam,tanah yang kering dan yang basah, tanah yang dijadikan tempat hidup bagi cacing-cacing, tanah yang dijadikan sebagai bahan baku membuat genting,bata merah untuk membuat bangunan tempat tinggal, itulah bahan baku untuk kejadian seorang anak manusian dan tiap-tiap manusia tanpa terkecuali. Di mulai dari apa yang dimakan sehari-hari, misalnya nasi,gandum,jagung,sayur-mayur dan buah-buahan hingga daging, segala makanan yang dikonsumsi manusia itu tumbuh dan mengambil sari makanan dari tanah.
Di dalam segala makanan itu ada segala macam saringan yang ditakdirkan Allah atas alam. Di dalam makanan itu terdapat protein, karbohidrat, zat besi, berbagai macam vitamin dan zat-zat lain yang memang sangat diperlukan bagi keperluan tubuh manusia. Sehingga dengan makanan itu segala kebutuhan tubuh dapat tercukupi, makanan masuk ke dalam sisitem pencernaan, kemudian makanan ini menjadi dua bagian, yaitu sari makanan dan sisa makanan yang akhirnya dibuang oleh tubuh. Sedangkan sari makanan tadi diproses lebih lanjut sehingga sebagian menjadi darah, hormon, air susu, lemak dan lain-lainnya termasuk air mani( bagi laki-laki) yang tersimpan dalam tulang sulbi dan ovum ( sel telur) bagi perempuan  yang tersimpan dalam tulang dada. Dan dengan kehendak Allah maka pria dan wanita pun diciptakan untuk berpasang-pasangan karena dengan perpaduan gender mereka terciptalah suatu nutfah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah S.W.T dalam firmannya :

(45)وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى
 (46)مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى
Artinya : dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita. dari air mani, apabila dipancarkan (Q.S an-najm ayat 45-46)

Dan kehendak ilahi berpadulah satu dengan zat mani pada perempuan yang merupakan telur yang sangat kecil. Perpaduan keduanya itulah  yang dinamakan nutfah, kian lama kian besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari.
Dan dalam masa 40 hari mani yang telah berpadu, berangsur menjadi darah segumpal. Untuk melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, di dalam rahim bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin dan terpelihara.
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu dan bertukar rupa menjadi segumpal darah. Ketika ibu telah hamil setengah bukan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si ibu,pendingin,pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persendian air yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.
Mulanya hanya sekumpulan tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging. Pada saat itu dianugrahkan kepadanya” ruh”, makanya bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi manusia. (Dudung Abdullah ; 1994 :3).
Dalam surat al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ ﴿٢٨﴾
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ ﴿٢٩﴾
      Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud . (al-hijr(15);28-29).

Tentang ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan ke dalam rahim wanita yang mengandung embrio yang terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya sedikit pengetahuan manusia, sedikitnya juga keterangan tentang makhluk ghaib itu diberikan tuhan dalam. Al-quran. “Dan (ingatlah), ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tenah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (al-hajr(15);28-29). Yang dimaksud”dengan bersujud” dalam ayat ini bukanlah menyembah, tetapi memberi penghormatan.
Alquran tidak member penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada larangan di dalam al-quran intuk menyelidiki ruh yang gaib, sebab penyelikikan tentang ruh, mungkin berguna, mungkin pula tidak berguna, dalam hubungan dengan masalah ruh ini tuhan berfirman dalam surat al-isra:85

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
Artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Q.S. Al-Isra:85).
Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan tertentu. Jika analisis, al-quran dan hadits secara umum membagi kehidupan manusia pertumbuhan dan perkebangan di dunia menjadi dua katagori besar, kelahiran dan pasca kelahiran. Al-quran juga menyatakan, sebagimana petikan (Q.S Al-hajj 5) bahwa periode perkelahiran telah ditentukan (biasanya 9 bulan dalam keadaan normal). Namun Al-quran juga menyebutkan bahwa ada kasus-kasus pengecualian dimana periode prakelahiran dihentikan, sebelum atau setelah waktu yang normal.
2.3       Persamaan dan perbedaan manusia dengan makluk lain
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan fisiologisnya. Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat di temukan intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan, sehinnag memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah di gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan makhluk lain.
Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk yang memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk yang lain adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan menusia adalah kemampuan untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air, namun tetap saja mempunyai kterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain di i surat al-Isra ayat 70.
Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.
Manusian memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain yang paling mirip sekalipun. Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan adanya konsekuensi kemanusiaan di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Diantara karakteristik manusia adalah:
  1. Aspek kreasi
Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah di rakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan sempurna. Hal ini bisa di bandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin banyak kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari tangan sinpanse, demikian pula organ-organ lainnya.
2. Aspek ilmu
Hanya manusia yang punya kesempatan memahami lebih jauh hakekat alam semesta di sekelilingnya. Pengatahuan hewan hanya berbatas pasa naluri dasar yang tidak bisa di kembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.
3. Aspek kehendak
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam hidup. Makhluk lain hidup dalam suatu pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah. Para malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
4.  Pengarahan akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelulmnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi penjahat. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu lembaga pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan datang.

Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, maka manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang. Seperti dalam surat al- Araaf, 129 dan at-Tin, 4.


Jumat, 03 April 2015

FIQIH WUDHU

Ta’rif Hukum Wudhu dan Keutamaannya
 - Wudhu adalah bersuci dengan air yang dilakukan dengan cara khusus. Kewajiban berwudhu ditetapkan dengan firman Allah swt., “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Dan jika kamu junub, maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih). Sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Ma’idah: 6)
Sedangkan dari hadits kita dapati sabda Nabi saw. yang berbunyi, “Allah tidak akan menerima shalat salah seorang di antaramu jika berhadats sehingga berwudhu.” (As Syaikhani)
Abu Hurairah r.a. telah merilis tentang keutamaan wudhu. Bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah aku tunjukkan kepadamu tentang amal yang menghapus kesalahan dan meninggikan kedudukan?” Mereka menjawab, “Mau, ya Rasulullah.” Nabi saw. bersabda, “Menyempurnakan wudhu dalam kondisi yang tidak menyenangkan, memperbanyak langkah ke masjid, menunggu shalat setelah shalat. Itulah ribath, itulah ribath, itulah ribath.” (Malik, Muslim, At Tirmidzi, dan An-Nasa’i)
Ribath adalah keterikatan diri di jalan Allah. Artinya, membiasakan wudhu dengan menyempurnakannya dan beribadah menyamai jihad fi sabilillah.
Furudhul Wudhu
  1. Membasuh muka, para ulama membatasinya mulai dari batas tumbuh rambut sampai bawah dagu, dari telinga ke telinga
  2. Membasuh kedua tangan sampai ke siku; yaitu pergelangan lengan
  3. Mengusap kepala keseluruhannya menurut Imam Malik dan Ahmad, sebagiannya menurut Imam Abu Hanifah dan Asy Syafi’iy
  4. Membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki, sesuai dengan sabda Nabi kepada orang yang hanya mengusap kakinya: “Celaka, bagi kaki yang tidak dibasuh, ia diancam neraka”. Muttafaq alaih
Itulah empat rukun yang tercantum secara tekstual dalam ayat wudhu di Al-Ma’idah ayat 6. Tapi, masih ada 2 tambah, yaitu:
  1. Niat. Ini menurut Imam Syafi’i, Malik, dan Ahmad sesuai dengan sabda Nabi saw., “Sesungguhnya semua amal itu tergantung niat.” (Muttafaq alaih). Urgensi niat adalah untuk membedakan antara ibadah dari kebiasaan. Namun, tidak disyaratkan melafalkan niat karena niat itu berada di dalam hati.
  2. Tertib. Maksudnya, berurutan. Dimulai dari membasuh muka, tangan, mengusap kepala, lalu memabasuh kaki. Menurut Abu Hanifah dan Malikiyah, melakukan wudhu dengan tertib hukumnya sunnah.
Sunnah Wudhu
  1. Membaca Basmalah. Ini adalah sunnah yang harus diucapkan saat memulai semua pekerjaan. Rasulullah saw. bersabda, “Berwudhulah dengan menyebut nama Allah.” (Al-Baihaqi)
  2. Bersiwak. Ini sesuai dengan sabda Nabi saw., “Jika tidak akan memberatkan umatku, akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali berwudhu.” (Malik, Asy Syaf’iy, Al-Baihaqi, dan Al-Hakim). Disunnahkan pula bersiwak bagi orang yang berpuasa, seperti dalam hadits Amir bin Rabi’ah r.a. berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. tidak terhitung jumlahnya bersiwak dalam keadaan berpuasa.” (Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi). Menurut Imam Syafi’i, bersiwak setelah bergeser matahari bagi orang yang berpuasa, hukumnya makruh.
  3. Membasuh dua telapak tangan tiga kali basuhan di awal wudhu, sesuai hadits Aus bin Aus Ats-Tsaqafiy r.a. berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. berwudhu dan membasuh kedua tangannya tiga kali.” (Ahmad dan An Nasa’i)
  4. Berkumur, menghisap [1] air ke hidung dan menyemburkannya keluar. Terdapat banyak hadits tentang hal ini. Sunnahnya dilakukan secara berurutan, tiga kali, menggunakan air baru, menghisap air ke hidung dengan tangan kanan dan menyemburkannya dengan tangan kiri, menekan dalam menghisap kecuali dalam keadaan puasa.
  5. Menyisir jenggot dengan jari-jari tangan. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkannya dari Utsman dan Ibnu Abbas r.a.
  6. Mengulang tiga kali basuhan. Banyak sekali hadits yang menerangkannya
  7. Memulai dari sisi kanan sebelum yang kiri, seperti dalam hadits Aisyah r.a., “Rasulullah saw. sangat menyukai memulai dari yang kanan ketika memakai sandal, menyisir, bersuci, dan semua aktivitasnya.” (Muttafaq alaih)
  8. Menggosok, yaitu menggerakkan tangan ke anggota badan ketika mengairi atau sesudahnya. Sedang bersambung artinya terus menerus pembasuhan anggota badan itu tanpa terputus oleh aktivitas lain di luar wudhu. Hal ini diterangkan dalam banyak hadits. Menggosok menurut madzhab Maliki termasuk dalam rukun wudhu, sedang terus menerus termasuk dalam rukun wudhu menurut madzhab Maliki dan Hanbali.
  9. Mengusap dua telinga, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad dan At-Thahawiy dari Ibnu Abbas dan Al-Miqdam bin Ma’ di Kariba
  10. Membasuh bagian depan kepala, dan memperpanjang basuhan di atas siku dan mata kaki. Seperti dalam hadits Nabi saw., “Sesungguhnya umatku akan datang di hari kiamat dalam keadaan putih berseri dari basuhan wudhu.”
  11. Berdoa setelah wudhu, seperti dalam hadits Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada seorangpun di antara kalian yang berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian berdo’a: أَشهَدُ أَنْ لَا إله إلّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ له، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوله Aku Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Pasti akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang delapan itu, dan dipersilahkan masuk dari mana saja.” (Muslim)
  12. Sedangkan doa ketika berwudhu, tidak pernah ada riwayat yang menerangkan sedikitpun.
  13. Shalat sunnah wudhu dua rakaat, seperti dalam hadits Uqbah bin Amir r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada seorangpun yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat dua rakaat dengan menghadap wajah dan hatinya, maka wajib baginya surga.” (Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Cara Berwudhu
Dari Humran mantan budak Utsman bin Affan r.a. bahwa Utsman minta diambilkan air wudhu, kemudian ia basuh kedua tangannya tiga kali, kemudian berkumur, menghisap air ke hidung, menyemburkannya, lalu membasuh mukanya tiga kali, membasuh tangan kanannya samapai ke siku tiga kali, kemudian yang kiri seperti itu, kemudian mengusap kepalanya, lalu membasuh kaki kanannya sampai ke mata kaki tiga kali, dan yang kiri seperti itu. Kemudian Utsman berkata, “Saya melihat Rasulullah saw. berwudhu seperti wudhuku ini dan Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian shalat dua rakaat, maka akan diampuni dosanya.'” (Muttafaq alaih)
Yang Membatalkan Wudhu
  1. Segala sesuatu yang keluar dari dua jalan pembuangan (kencing, tinja, angin, madzi, atau wadi), kecuali mani yang mengharuskannya mandi. Dalilnya adalah firman Allah swt. “… atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan….” (Al-Ma’idah: 6) dan sabda Nabi saw., “Allah tidak menerima shalat salah seorang di antaramu ketika berhadats sehingga ia berwudhu.” (Muttafaq alaih). Hadats adalah angin dubur baik bersuara atau tidak. Sedangkan madzi adalah karena sabda Nabi saw., “Wajibnya wudhu.” (Muttafaq alaih). Sedangkan wadiy adalah karena ungkapan Ibnu Abbas, “Basuhlah kemaluanmu, dan berwudhulah sebagaimana wudhu untuk shalat.” (Al-Baihaqi dalam As-Sunan).
  2. Tidur lelap yang tidak menyisakan daya ingat, seperti dalam hadits Shafwan bin ‘Assal r.a. berkata, “Rasulullah saw. pernah menyuruh kami jika dalam perjalanan untuk tidak melepas sepatu kami selama tiga hari tiga malam, sebab buang air kecil, air besar maupun tidur, kecuali karena junub.” (Ahmad, An Nasa’i, At-Tirmidzi dan menshahihkannya). Kata tidur disebutkan bersama dengan buang air kecil dan air besar yang telah diketahui sebagai pembatal wudhu. Sedang tidur dengan duduk tidak membatalkan wudhu jika tidak bergeser tempat duduknya. Hal ini tercantum dalam hadits Anas r.a. yang diriwayatkan oleh Asy-Syafi’i, Muslim, dan Abu Daud, “Adalah para sahabat Rasulullah saw. pada masa Nabi menunggu shalat Isya’ sehingga kepala mereka tertunduk, kemudian mereka shalat tanpa berwudhu.”
  3. Hilang akal baik karena gila, pingsan, mabuk atau obat. Karena hal ini menyerupai tidur dari sisi hilangnya kesadaran.
Tiga hal itu disepakati sebagai pembatal wudhu, tapi para ulama berbeda pendapat dalam beberapa hal berikut ini:
1. Menyentuh kemaluan tanpa sekat, membatalkan wudhu menurut Syafi’i dan Ahmad, seperti dalam hadits Busrah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia berwudhu.” (Al-Khamsah dan disahihkan oleh At-Tirmidziy dan Ibnu Hibban). Al-Bukhari berkata, “Inilah yang paling shahih dalam bab ini.” Telah diriwayatkan pula hadits yang mendukungnya dari tujuh belas orang sahabat.
2. Darah yang mengucur, membatalkan wudhu menurut Abu Hanifah, seperti dalam hadits Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang muntah atau mengeluarkan darah, maka berpaling dan berwudhulah.” (Ibnu Majjah dan didhaifkan oleh Ahmad, dan Al-Baihaqi). Dan menurut Asy-Syafi’i dan Malik bahwa keluarnya darah tidak membatalkan wudhu. Karena hadits yang menyebutkannya tidak kuat menurutnya, juga karena hadits Anas r.a., “Bahwa Rasulullah saw. dibekam dan shalat tanpa wudhu lagi.” Hadits ini meskipun tidak sampai pada tingkat shahih, tapi banyak didukung hadits lain yang cukup banyak. Al-Hasan berkata, “Kaum muslimin melaksanakan shalat dengan luka-luka mereka.” (Al-Bukhari)
3. Muntah yang banyak dan menjijikkan, seperti dalam hadits Ma’dan bin Abi Thalahah dari Abu Darda’, “Bahwa Rasulullah saw. muntah lalu berwudhu.” Ia berkata, kemudian aku berjumpa dengan Tsauban di Masjid Damaskus, aku tanyakan kepadanya tentang ini. Ia menjawab, “Betul, saya yang menuangkan air wudhunya.” (At-Tirmidzi dan mensahihkannya). Demikiamlah Madzhab Hanafi. Dan menurut Syafi’i dan Malik, muntah tidak membatalkan wudhu karena tidak ada hadits yang memerintahkannya. Hadits Ma’dan di atas dimaknai istihbab/sunnah.
4. Menyentuh lawan jenis atau bersalaman, membatalkan wudhu menurut Mazhab Syafi’i dengan dalil firman Allah swt. Al-Ma’idah ayat 6. Tidak membatalkan menurut Jumhurul Ulama karena banyaknya hadits yang menyatakan tidak membatalkannya. Diantaranya hadits Aisyah r.a., “Bahwa Rasulullah saw. mencium isterinya, kemudian shalat tanpa berwudhu.” (Ahmad dan Imam empat). Juga ucapan Aisyah r.a., “Saya tidur di hadapan Rasulullah dan kakiku ada di arah kiblatnya, jika ia hendak sujud ia memindahkan kakiku.” (Muttafaq alaih). Tidak ada bedanya dalam pembatalan ini, apakah wanita itu isteri atau bukan. Sedang jika menyentuh mahram, tidak membatalkan wudhu.
5. Tertawa terbahak ketika shalat yang ada rukuk dan sujudnya, membatalkan wudhu menurut Madzhab Hanafi karena ada hadits, “… kecuali karena tertawa terbahak-bahak, maka ulangilah wudhu dan shalat semuanya.” Sedang menurut jumhurul ulama, tertawa terbahak-bahak membatalkan shalat, tetapi tidak membatalkan wudhu karena hadits tersebut tidak kuat sebagai hadits yang membatalkan wudhu. Juga karena hadits Nabi saw., “Tertawa itu membatalkan shalat, dan tidak membatalkan wudhu.” Demikian Imam Bukhari mencatatnya sebagai hadits mauquf dari Jabir. Pembatalan wudhu karena tertawa membutuhkan dalil, dan tidak ditemukan dalil yang kuat.
6. Jika orang yang berwudhu ragu apakah sudah batal atau belum? Tidak membatalkan wudhu sehingga ia yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang membatalkan wudhu. Karena hadits Nabi saw. menyatakan, “Jika salah seorang diantaramu merasakan sesuatu di perutnya, lalu dia ragu apakah sudah keluar sesuatu atau belum, maka janganlah keluar masjid sehingga ia mendengar suara atau mendapati baunya.” (Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzi). Sedang jika ragu apakah sudah wudhu atau belum, ia wajib berwudhu sebelum shalat.
Kapan Wudhu Menjadi Wajib dan Kapan Sunnah
Wudhu menjadi wajib jika:
  1. Untuk shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah. Meskipun shalat jenazah, karena firman Allah swt., “…jika kamu mau shalat, maka hendaklah kamu basuh.” (Al-Maidah: 6)
  2. Thawaf di Ka’bah, karena hadits Nabi saw., “Thawaf adalah shalat.” (At-Tirmidziy dan Al-Hakim)
  3. Menyentuh mushaf, karena hadits Nabi saw., “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.” (An-Nasa’i dan Ad-Daruquthni). Demikianlah pendapat jumhurul ulama. Ibnu Abbas, Hammad, dan Zhahiriyah berpendapat bahwa menyentuh mushaf boleh dilakukan oleh orang yang belum berwudhu, jika telah bersih dari hadats besar. Sedangkan membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh mushaf, semua sepakat memperbolehkan.
Wudhu menjadi sunnah:
  1. Ketika dzikrullah. Pernah ada seseorang yang memberi salam kepada Nabi saw. yang sedang berwudhu, dan Nabi tidak menjawab salam itu sehingga menyelesaikan wudhunya dan bersabda, “Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku menjawab salammu, kecuali karena aku tidak ingin menyebut nama Allah kecuali dalam keadaan suci.” (Al-Khamsah, kecuali At Tirmidzi).
  2. Ketika hendak tidur, seperti hadits Nabi saw., “Jika kamu mau tidur hendaklah berwudhu sebagaimana wudhu shalat.” (Ahmad, Al-Bukhari dan At Tirmidzi)
  3. Bagi orang junub yang hendak makan, minum, mengulangi hubungan seksual, atau tidur. Demikianlah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw oleh Bukhari, Muslim dan muhadditsin lainnya.
  4. Disunnahkan pula ketika memulai mandi, seperti yang disebutkan dalam hadits Aisyah r.a.
  5. Disunnahkan pula memperbaharui wudhu setiap shalat, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan kebanyakan ulama hadits. []
Catatan Kaki:
[1] Keduanya wajib menurut Imam Ahmad, karena keduanya termasuk dari wajah.