Akan saya kisahkan seorang selalu menjaga shalat tepat waktu. Ceritera ini saya copy paste dari www.arrahmah.com. Semoga ceritera ini menjadi ibroh atau pelajaran untuk kehidupan di dunia ini yang sudah semangkin amburadul dengan tingkah kehidupan manusia yang sudah banyak menuhankan jabatan, menuhankan harta. Harta dan jabatan hanya yang diutamakan dalam kehidupan dunia. Ingat kata kata-kata seorang ustad "Bila engkau menanam padi pasti akan tumbuh rumput. Tetapi bila engkau menanam rumput tidak akan tumbuh padi". Kata-kata filosofis yang sangat dalam. Bila diterjemahkan secara bebas. " Bila engkau mengejar kehidupan akhirat maka kebutuhan dunia akan didapatkannya juga, akan tetapi bila hidupnya didunia yang dikejar kepentingan dunia maka kehidupan untuk akhirat tak akan bisa didapatkannya, bahkan akan semangkin menjauh".
Inilah ceriteranya :
Kisah nyata: Keajaiban shalat tepat di awal waktu
Adiba Hasan Rabu, 14 Ramadhan 1436 H / 1 Juli 2015 11:30
JAKARTA (Arrahmah.com) – Hidup
selalu berwarna, tantangan dan bahagia membuatnya tak serupa. Namun,
jika shalat dijaga, hasilnya ternyata tak berbeda, yaitu barokah dari
Allah
subhanahu wata’ala.
Berikut
Arrahmah
kutipkan sebuah kisah nyata penuh ibrah di Ramadhan 1436 Hijriyah ini.
Kisah sarat hikmah ini disampaikan seorang netizen, yang tidak
menyebutkan namanya, dari
Facebook pada Rabu (1/7/2015).
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Saya
ada cerita tentang sahabat saya yang berbeda profesi tapi “amalannya”
sama dengan saya. Dia selalu menjaga sholat di awal waktu. Apa yang
terjadi? Dengan menjaga sholat wajib di awal waktu ternyata dia
mendapatkan keberkahan yang tidak pernah terbayang sebelumnya.
Sahabat
saya yang satu ini, profesi awalnya adalah sopir angkot. Setiap hari
dia menyupir angkot dengan sistem setoran ke majikan. Setor karena
angkotnya punya orang lain.
Nah suatu hari, majikannya bangkrut,
karena semakin mahalnya harga bensin. Akhirnya sahabat saya ini,
katakanlah Udin, jadi tidak punya mata pencaharian. Karena angkot
majikannya sudah dijual.
Karena Udin bukan tipe orang yang gampang
putus asa, akhirnya dia mencari pekerjaan lain. Dipilihlah becak
sebagai jalan ikhtiarnya. Sebab hanya berprofesi sebagai tukang becak,
kehidupannya pun sangat sederhana, kalau tidak mau dikatakan kurang.
Dia
tinggal bersama tiga putri dan seorang istrinya di sebuah rumah
kontrakan yang mungkin cuma layak disebut kamar. Tidak ada yang istimewa
dari kehidupan sehari-harinya. Pagi-pagi pergi dari rumah mencari
penumpang, sore pulang. Setiap hari seperti itu.
Namun setelah
dicermati, tenyata ada satu hal yang membuat Udin berbeda dari abang
becak lainnya, bahkan dari kebanyakan kita. Udin selalu menjaga sholat
diawal waktu, dan selalu dia lakukan di Masjid.
Dimanapun dia
berada selalu menyempatkan bahkan memaksakan sholat diawal waktu. Setiap
mendekati waktu sholat, jika tidak ada penumpang, dia akan mangkal di
tempat yang dekat dengan masjid. Iya mendekati masjid.
Pokoknya
dia tidak pernah ketinggalan sholat wajib awal waktu bahkan selalu
berjamaah di masjid. Dan tenyata itu sudah berlangsung lebih dari dua
tahun. Ternyata istri dan ketiga putrinya pun begitu, mereka selalu
sholat diawal waktu, meskipun berada di rumah.
Singkat cerita,
suatu hari ketika saya sedang mangkal di salah satu hotel berbintang di
Bandung. Ada seorang ibu turun dari mobil Merci tiba-tiba mendekati saya
dan meminta untuk diantar ke salah satu tempat perbelanjaan di kawasan
alun-alun kota Bandung, kata Udin.
Ketika si Ibu itu bilang minta dianter memakai becak saya malah balik nanya. “Engga salah Bu naik becak ?” kata Udin.
“Engga Bang, jalanan macet, biar mobil disimpen di hotel aja, sekalian sopir saya istirahat,” jawab si Ibu.
Maka
diantarlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan yang dia minta. Saya pun
mengayuh becak masih dalam keadaan kaget. Ketika mendekati alun-alun
Bandung, terdengarlah suara adzan dzuhur dari Masjid Raya Jawa Barat.
“Saya langsung belokkan becak ke pelataran parkir Majid. Si Ibu pun heran dengan apa yang saya lakukan”, kata Udin.
“Bang kok berhenti disini?” kata si Ibu.
“Iya Bu, udah adzan, Allah udah manggil kita buat sholat.”
“Saya mau sholat dulu. Ibu turun disini aja, tokonya udah dekat koq, di belakang masjid ini. Biarin Bu GA USAH BAYAR.”
“Tanggung Bang, lagian saya takut nyasar,” kata si Ibu.
“Kalo Ibu mau saya anter saya sholat dulu, ya, Bu.”
Setelah
selesai sholat Udin pun kembali menuju ke becaknya. Ternyata si Ibu dan
asistennya masih nunggu di becak. Diantarlah si Ibu tadi ke pusat
perbelanjaan di belakang Masjid Raya.
“Bang tunggu disni ya, ntar antar lagi saya ke hotel,” kata si Ibu.
“Iya Bu, tapi kalo Ibu balik lagi ke becak pas adzan ashar, ibu tunggu dulu disini, saya jalan kaki ke masjid.”
Singkat cerita si Ibu kembali ke becak jam 15.30. Kemudian di becak dia nanya di mana Udin tinggal.
Si
Ibu penasaran dengan kebiasaan Udin, demi sholat diawal waktu berani
meninggalkan penumpang di becak, ga peduli dibayar atau tidak. “Bang,
saya pengen tau rumah abang,” kata si Ibu.
“Waduh emangnya kenapa Bu?” tanya Udin kaget.
“Saya pengen kenal sama keluarga abang,” kata si Ibu.
“Jangan Bu, rumah saya jauh. Lagian di rumah saya engga ada apa-apa.”
Si
Ibu terus memaksa. Akhirnya setelah menunggu si Ibu sholat jamak dzuhur
dan ashar di hotel, mereka pun pergi menuju rumah Udin.
Tapi kali
ini Udin pakai becak, si Ibu mengikuti di belakangnya pake mobil Merci
terbaru. Setibanya di rumah kontrakan Udin, si Ibu kaget, karena
rumahnya sangat kecil. Tapi kok berani tidak dibayar demi sholat.
Mungkin karena penasaran si Ibu nanya. “Bang koq berani engga dibayar?”
“Rezeki itu bukan dr pekerjaan kita Bu, rezeki itu dari Allah, saya yakin itu. Makanya kalo Allah manggil kita harus dateng.”
“Haiyya
‘Alal Fallaah … kan jelas Bu. Marilah kita menuju kemenangan,
kesejahteraan, kebahagiaan. Saya ikhtiar udah dengan narik becak,
hasilnya gimana Allah. yang penting kitanya takwa ke Allah ya kan Bu?”
kata Udin.
“Saya yakin janji Allah di QS Al-Baqarah ayat 3.” kata Udin. Si Ibu pun terdiam sambil meneteskan air mata.
Setelah dikenalkan dan ngorol dgn keluarga Udin si Ibu pun pamit. Sambil meminta Udin mengantarkannya kembali minggu depan.
“Insya
Allah saya siap Bu,” kata Udin. Si Ibu pun pamit sambil memberi ongkos
becak ke Istrinya Udin. Setelah si Ibu pergi ongkos becak yang dimasukan
kedalam amplop dibuka oleh Udin. Ternyata isinya satu juta rupiah. Udin
dan keluarganya pun kaget dan bersyukur atas apa yang telah Allah
berikan melewati si Ibu tadi.
Seminggu kemudian Udin mendatangi
hotel tempat si Ibu menjanjikan. Setelah bertanya ke satpam, Udin tidak
diperbolehkan masuk. Satpam tidak percaya ada tamu hotel bintang lima
janjian sama seorang tukang becak. Udin ga maksa, dia kembali ke
becaknya.
Nah, itu pula yang sering kita lakukan, seringkali kita
melihat orang dari penampilannya. Padahal Allah tidak melihat pangkat,
jabatan, pekerjaan, harta, warna kulita kita. Allah hanya melihat
ketakwaan kita. Karena penasaran Udin ga masuk-masuk ke Lobby Hotel,
akhirnya si Ibu keluar, dan melihat Udin sedang tertidur di becaknya.
“Bang, kenapa engga masuk?” Tanya si Ibu sambil membangunkan Udin.
“Ga boleh sama satpam Bu,”jawab Udin.
“Bang,
kan kemaren abang yang ngajak saya jalan-jalan pake becak. Sekarang
giliran saya ngajak abang jalan-jalan pake mobil saya,” kata si Ibu.
“Lah, Ibu ini gimana sih, katanya mau saya anter ke toko lagi,” kata Udin.
“Iya mau dianter tapi bukan ke toko bang,” kata si Ibu di awal waktu.
Setelah diajak naik mobil Merci nya si Ibu, Udin pun menolaknya, karena dia merasa kebingungan.
“Mau dibawa kemana saya Bu ?”
“Udah saya pake becak saya aja, ngikut di belakang mobil Ibu. Engga pantes saya naik mobil sebagus itu,” kata Udin.
“Lagian becak saya mau ditaro dimana?”
Namun setelah dibujuk oleh sopir dan asisten si Ibu, Udin pun mau ikut naik mobil. Becaknya dititip di parkiran belakang hotel.
Berangkatlah mereka dari hotel. Masih dengan rasa penasaran Udin pun bertanya, “mau kemana sih Bu?”
Di salah satu kantor Bank Syariah, mereka pun berhenti. “Bang, pinjem KTP nya ya”, kata asisten si Ibu.
“Waduh apalagi nih?” pikir Udin.
“Buat apa Neng? Koq saya diajakin ke Bank, trus KTP buat apa?”, kata Udin heran.
Akhirnya
asisten si Ibu menjelaskan, bahwa ketika minggu lalu mereka diantar
Udin belanja, si Ibu mendapatkan sebuah pelajaran.Pelajaran hidup yang
sangat mendalam. Dimana seorang abang becak dengan kehidupan yang
pas-pasan tapi begitu percaya kepada janji Allah.
Sementara si Ibu
yang merupakan seorang pengusaha besar dan suaminya pun pengusaha,
selama ini kadang ragu pada janji Allah. Seringkali, akibat kesibukan
mengurus usaha, belanja, meeting dll, dia menunda-nunda sholat. Bahkan
tidak jarang lupa sholat.
“Nah sejak minggu lalu setelah pulang
dari Bandung, Ibu mulai merubah kebiasaannya. Dia selalu berusaha sholat
awal waktu”, kata asisten.
Saat pulang ke Jakarta, suaminya pun
heran dengan perubahan si Ibu. Padahal dia juga punya kebiasaan yang
sama dengan istrinya. Setelah diceritakan asal mula perubahan itu,
suaminya pun menyadari, bahwa selama ini mereka salah. Terlalu mengejar
dunia. Oleh karena itu Ibu dan suaminya ingin menghadiahi abang Udin
untuk berangkat haji. Mendengar akan DIBERANGKATKAN IBADAH HAJI, Udin
pun kaget campur bingung.
Dengan spontan Udin MENOLAK hadiah itu. “Engga mau neng, saya engga mau berangkat haji dulu. Meskipun itu doa saya tiap hari.”
“Loh koq engga mau Bang?” kata asisten kaget.
“Apa kata tetangga dan sodara-sodara saya nanti neng, saat saya pulang berhaji. Koq ke haji bisa tapi masih ngebecak?”
“Memang berangkat haji adalah cita-cita saya. Tapi nanti setelah saya mendapatkan pekerjaan selain narik becak neng.”
Akhirnya asisten berdiskusi dengan si Ibu. Sambil menunggu mereka diskusi. Udin pun tidak henti-hentinya bertanya pada Allah.
“Ya Allah pertanda apakah ini?” kata Udin.
Tidak
lama si Ibu menghampiri Udin dan bertanya “Bang, kan abang bisa bawa
mobil, bagaimana kalau menjadi supir di perusahaan saya di Jakarta?”
“Waduh
… Jakarta ya, Bu? Ntar, keluarga saya gimana disini. Anak-anak masih
butuh bimbingan saya. Apalagi semuanya perempuan. Kayaknya engga deh Bu.
Biar saya pulang aja deh. Insya Allah kalau Allah ridho lain kali pasti
saya diundang untuk berhaji.”
Akhirnya si Ibu membujuk Udin untuk
mendaftar haji dulu. Brangkatnya mau kapan terserah, yang penting dia
menjalankan amanat suaminya. Kemudian si Ibu menelpon suaminya,
menjelaskan kondisi yang ada mengenai Udin. Setelah selesai mendaftar
haji di Bank, kemudian mereka pergi menuju sebuah dealer mobil.
“Kok
masuk ke dealer mobil, Bu? Ibu mau beli mobil lagi? Mobil ini kurang
gimana bagusnya?” kata Udin bingung. Sambil tersenyum si Ibu meminta
Udin menunggu di mobil. Dia pun turun bersama asistennya. Selang
setengah jam, si Ibu kembali ke mobil sambil membawa kwitansi pembayaran
tanda jadi mobil.
“Nih bang, barusan saya sudah membayar tanda jadi pembelian mobil angkutan umum, pelunasannya nanti kalau trayek sudah diurus.”
“Mobil angkutan umum ini buat bang Udin, hadiah dari suami saya.” Kata si Ibu.
“Jadi
sambil menunggu keberangkatan abang ke haji tahun depan, abang bisa
menabung dengan usaha dari mobil angkutan milik sendiri.”
Sambil meneteskan air mata tidak henti-hentinya Udin mengucap syukur kepada Allah.
“Ini bukan dari saya dan suami saya, ini dari Allah melalui perantaraan saya,” kata si Ibu.
“Hadiah karena abang selalu menjaga sholat diawal waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan suami.”
“Mudah-mudahan kita semua bisa istiqomah menjaga sholat awal waktu, ya, bang,” kata si Ibu.
Akhirnya
mereka pun kembali ke hotel, namun sebelumnya mampir di masjid untuk
sholat dzuhur berjamaah.Setelah sholat dzuhur kemudian makan siang,
mereka pun berpisah. Udin pulang ke rumah dengan becaknya. Si Ibu
langsung ke Jakarta.
Setelah itu kehidupan Udin semakin membaik. Dia
sudah memiliki rumah sendiri, walapun nyicil. Yang tadinya dia seorang
supir angkot dan abang becak, sekarang dia jadi pemilik angkot dan sudah
berhaji.
Alhamdulillah sampai saat ini Udin masih terus
menjaga sholat awal waktu, malah semakin yakin dengan janji Allah.
Cerita ini merupakan KISAH NYATA, meskipun ada beberapa penambahan dan
pengurangan dalam penuturannya.
Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, dan menjadikan kita semakin yakin dengan janji Allah.
Sahabat,
.. poin dari cerita ini adalah ketika Allah berkehendak, semuanya akan
menjadi nyata. Mari kita jaga sholat di awal waktu, untuk mendapatkan
keberkahan dari-Nya.
“Jangan tinggalkan pula sholat dhuha dan
tahajud-nya yach .. Semangat!!” Demikian netizen mengakhiri kisah yang
dibaginya. Allahu akbar!. (adibahasan/
arrahmah.com)
Topik: Ramadhan, sholat tepat wa