Selasa, 30 Juni 2015

EKSISTENSI MANUSIA






 
Pernahkah kita merenung tentang diri kita sendiri ?. Darimanakah aku ? Mau apakah aku ? Mau kemanakah aku?. Bila ketiga pertanyaan tersebut di rangkum, maka akan membentuk sebuah kalimat. Asal muasal, dan Perjalanan Hidup Manusia. Bila kita coba membedahnya, pertanyaan-pertanyaan tsb, maka kita akan mengetahui sejatinya tujuan  hidup dan kehidupan kita dengan benar.

Penciptaan Manusia

  1. 1.     Manusia Sebagai Khalifah
           Kita telah tahu semua, bahwa manusia yang pertama kali diciptakan Allah swt, adalah bernama Adam. Sebagaimana firman Allah swt dalam Surat Al Baqarah Ayat 30 ( QS 2:30 ).
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.


Coba kita simak kata ayat yang pertama
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya “Aku” hendak menjadikan” seorang” ” khalifah” di muka “bumi“.
Bila kita perhatikan fase  ayat tersebut di atas, maka akan mengandung  empat kata yang penting yang menjadi isi kandungan ayat tsb, yaitu :
  1. “Aku” (Rabb) dalam kontek ayat ini adalah pemberi AMANAH, dan merupakan pusat orientasi/tujuan hidup manusia sehingga semua seluruh aktivitas hidup dari awal hingga akhir kehidupan semata-mata mencari Ridho Allah awt.
  1. “Seseorang” ( Manusia pertama yaitu Adam yang  menerima  AMANAH Allah).
  1. “Khalifah” (wakil) Allah yang melaksanakan hukum-hukum atau peraturan-peraturan Allah
  1. “Bumi” (alam) adalah tempat turunnya AMANAH Allah, yang didalamnya berisikan tata cara tuntunan kehidupan di dunia, yang nerupakan proses sosial yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, mengatur hubungan manusia dengan manusia dan mengatur hubungan manusia dengan alam lingkungannya. Sumber aturan jalan hidup inilah yang terangkum dalam Al-Quran dan As Sunnah.
  1. 2.       Tugas Kekhalifan Manusia

Secara umum tugas kekhalifan manusia di bumi adalah :
  • Mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan di dunia. Senagaimana firman Allah dalamsuratHud ayat 61.
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
. Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).”
[726]. Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.
  • Serta mendapat tugas pengabdian atau beribadah dalam arti luas. Sebagaimana terdapat dalan suratAdz dzariyat ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”


KESIMPULAN :
  • Manusia menerima amanah Allah sebagai Khalifah di bumi. Artinya bahwa manusia merupakan “Wakil” Allah di bumi untuk melaksanakan seluruh hukum-hukum atau peraturan-peraturan hidup dan kehidupan di dunia .
  • Tugas manusia sebagai khalifah di bumi adalah  menguasai dan memakmurkan dunia dan sebagai Hamba Allah untuk beribadah kepada Allah dalam arti yang luas.




BAHAN DASAR MANUSIA





Bahan dasar manusia adalah berasal dari tanah , sebagaimana firman Allah dalamsurat As Shaffat ayat 11 :
فَاسْتَفْتِهِمْ أَهُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمْ مَنْ خَلَقْنَا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِنْ طِينٍ لازِبٍ
Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat”

Para ahli tafsir menafsirkan bahwa sari pati tanah itu sudah merupakan proses penyaringan dan bukan dari tanah biasa sebagaimana yang kita fikirkan. Ini sangat sesuai dengan kemuliaan yang diberikan oleh Allah S.W.T kepada manusia.

Selanjutnya lebih jelas lagi dijelaskan jenis tanah liat yang kering yang berasal dari lumpur yang hitam yang kemudiaan dibentuk. Sebagai mana firman Allah swt dalan surat Al Hijr ayat 26 :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Dan padasurat Ar Rahman ayat 15 dijelaskan bahwa bahan dasar manusia berasal dari tanah liat yang kering seperti tembikar.
خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,
Tamah yang kering seperti tembikar, sepert tempayan/paso, atau genting yang bila dipukul dengan jari akan menimbulkan suara gemerincing.
Bila telah sempurna bentuk/wujud  pembuatan  manusia, dihembuskanlah ruh kedalamnya, sebagaimana firman Allah swt, dalam Surat Al Hijr ayat 29
.
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”.

Diceriterakan bahwa Ruh mulanya masuk melalui hidung pada masa 40 th kemudian naik ke otak, kemudian mengisi kepala dan leher, kemudian turun ke dada dan pusat, kedua tangan dan kaki sampai tersebar keseluruh tubuh membentuk darah.
Ruh manusia merupakan kekuatan/power untuk menggerakkan seluruh tubuh manusia. Kemudiaan diberikan dilengkapi dengan :
  • Akal sebagai alat untuk menerima ilmu pengetahuan atau untuk mengetahui hakikat sesuatu secara logis tanpa mempertimbangkan hal-hal yang irasional,
  • Hati yang dapat menerima sesuatu yang mutlak dari Allah yang maha kuasa . Hati adalah raja yang menyuruh menggerakan seluruh anggota tubuh seperti tangan dan kaki.
  • Mata dan Telinga yang merupakan alat panca indra yang sangat berperan dalam proses berpikir.
Allah menciptakan manusia dengan sempurna yaitu diberikannya bentuk tubuh yang baik, akal pikiran dan nafsu, kemudian manusia itu sendiri yang menentukan mau atau tidaknya menggunakan pemberian Allah dengan baik. Sebagaimana firman Allah dalamsurat Attin ayat 4 -5 ,
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),”

إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”

Senin, 29 Juni 2015

~** MALAM LAILATUL QADR **~






Apa itu malam lailatul Qadr ?. yaitu memiliki makna malam ketetapan (dalam bahasa arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ  ). Lailatul Qadar atau Lailatul Qad'r merupakan salah satu malam penting yang terjadi di sebuah malam pada bulan Ramadhan.
Dinamakan lailatul qodr karena pada malam itu malaikat diperintahkan oleh Allah swt untuk menuliskan ketetapan tentang kebaikan, rezeki dan keberkahan di tahun ini, sebagaimana firman Allah swt :

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ﴿٣﴾
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾
 أَمْرًا مِّنْ عِندِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ ﴿٥﴾

Artinya : ”Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami adalah yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad Dukhan : 3 – 5)

Pada malam itu pula para malaikat turun dari setiap langit dan dari sidrotul muntaha ke bumi dan mengaminkan doa-doa yang diucapkan manusia hingga terbit fajar. Para malaikat dan jibril as turun dengan membawa rahmat atas perintah Allah swt juga membawa setiap urusan yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah di tahun itu hingga yang akan datang. Lailatul Qodr adalah malam kesejahteraan dan kebaikan seluruhnya tanpa ada keburukan hingga terbit fajar, sebagaimana firman-Nya :

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾

Artinya : ”Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qodr : 4 – 5)

Malam lailatul qadr adalam malam kemulian dan lebih baik dari pada seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan.

Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) 

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al Qadr: 1-3).

Dikisahkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabat mengenai seorang Bani Israil yang sangat saleh. Dikisahkan bahwa Bani Israil tersebut telah menghabiskan waktunya selama 1.000 bulan untuk berjihad fi sabilillah di jalan Allah. Saat mendengar cerita dari Sang Baginda Rasulullah kemudian para sahabat pun merasa iri karena mereka tak akan pernah bisa memiliki kesempatan untuk beribadah dalam kurun waktu selama itu. Hal tersebut dikarenakan umur umat Nabi Muhammad jauh lebih pendek dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya. Dalam riwayat yang lain pernah dikisahkan bahwa Rasulullah pernah merenungi hal itu. Nabi Muhammad SAW pun bersedih hati karena sangatlah mustahil jika umatnya dapat menandingi amal ibadah dari umat-umat terdahulu yang bisa mencapai ratusan bahkan ribuan tahun.

Bila kita amati berapa umur umat  Nabi Muhammad SAW sekarang ?. Paling mungkin sampai 120 tahun, itupun bisa di hitung dengan jari. Bagaimana bisa menyamai umur umat-umat nabi-nabi yang lain sebelum Nabi Muhammad SAW yang berumur ribuan tahun, sehingga bisa beribadah hingga ribuan tahun. Sehingga untuk umat Nabi Muhammad diturunkan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad pada sebuah malam di ramadhan malam lailatul qadr (Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitab Fadha'il Ramadhan.).
Lailatul qodr merupakan rahasia Allah swt. Untuk itu dianjurkan agar setiap muslim mencarinya di sepuluh malam terakhir, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Carilah dia (lailatul qodr) pada sepuluh malam terakhir di malam-malam ganjil.” (HR. Bukhori Muslim).
Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits diatas adalah malam ke- 21, 23, 25, 27 dan 29.

Apa yang dilakukan seorang muslim saat mendapatkan dirinya bertemu dengan Malam Lailatul Qadar?. Rasulullah mengajarkan untuk membaca doa berikut: 

''Allahumma innaka afuwwun karim tuhibbul afwa fa'fu anni", yang artinya: "Ya Allah Engkau Yang Maha Pengampun Lagi Maha Pemurah, Engkau senang mengampuni hamba-hambaMu karena itu ampunilah dosa-dosaku".

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dai Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa melakukan qiyam lailatul qodr dengan penuh keimanan dan pengharapan (maka) dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”

Bila kita bisa menjumpai malam lailatur qadr, mudah-mudahan Alllah melipat gandakan amal-amal soleh yang kita lakukan hingga seribu bulan. Jangan sampai dimalam-malam munculnya malam lailatul qadr kita dalam waktu yang sedang bermaksiat kepada Allah, atau sedang melakukan perbuatan yang sia-sia, maka bisa saja Allah akan melipatkan amal maksiat tsb sampai seribu bulan.

Sepuluh hari terakhir dibulan ramadhan godaanya sangat berat. Fokus kehidupan kita hampir semuanya sudah bergeser untuk menyambut lebaran tiba. Kebanyakan dibenak kita mempersiapkan hari lebaran dengan makanan, minuman, perabotan rumah, pakaian yang baru, acara kunjungan ke saudara, menyiapkan hadiah lebaran buat saudara dan handaitolan. Masjid-masjid sudah mulai sepi, yang ramai mall-mall dan pasar malam. Padahal sepuluh hari terakhir bulan ramadhan munculnya malam lailatul qadr. Rugi besar bila tak mendapatkan malam lailatul qadr.
Mulai sekarang aturlah kehidupan kita untuk menyiapkan malam lailatur qadr dan juga menyiapkan menyambut hari lebaran dengan sesederhana mungkin. Siapkan keperluan makanan,pakaian dll untuk menyambut hari lebaran mulai sekarang, sehingga pada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan kita khusuk beribadah untuk mendapatkan malam lailatul qadr. SEMOGA......






Minggu, 28 Juni 2015

# APA HUKUMNYA BERSETUBUH SIANG HARI DI BULAN RAMADHAN #





Bismillah alhamdulillah ...La Hauwla walaquwwata illa billah..

Semua ajaran islam harus dilaksanakan sesuai dengan kadar kemampuan dan kondisi yang ada pada setiap individu insan. Tidak ada paksaan untuk beragama islam. Akan tetapi bila sudah mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan pintu gerbang seseorang memasuki dan meyakini agama islam, maka mulai saat itulah semua perintah wajib mesti ditunaikan.Islam adalah agama yang keras tapi lentur. Ajaran islam keras tapi lentur, yang artinya bila sengaja meninggalkan perintah yang wajib tanpa ada sesuatu yang menghalanginya, maka akan mendapat siksa yang berat, lentur berarti tidak memaksa untuk dilakukan pada setiap induvidu bila memang kondisi dan keadaan orang islam tsb tidak mampu untuk menjalankannya. Tentunya dengan kejujuran yang tinggi bagi setiap orang islam, memang tidak mampu melakukannya, dan dikuatkan dengan keterangan ahklinya (misal dokter) bila kondisinya memang sakit.

Bagaimana halnya bila suami istri pada siang hari dibulan ramadhan, karena tidur bersama tiba-tiba melakukan hubungan suami istri. Apa hukumnya ?.

Untuk hal ini pernah diceriterakan Dari Abu Hurairah ra. Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw kemudiaan berkata :
"Ya Rasulullah, celakalah saya "
"Apa yang membuatku celaka ? " Rasulullah bertanya.
"Saya bersetubuh dengan istriku di siang hari bulan Ramadhan" Orang itu menjawab
"Apakah kamu mampu memerdekakan seorang budak ? Sabda Rasulullah
"Tidak " Jawab orang itu
"Apakah kamu mampu puasa dua bulan berturut-turut ?" Sabda Rasulullah
"Tidak ?" Jawab orang itu
"Apakah engkau mampu memberi makan 60 orang miskin ?" Sabda Rasullah
"Tidak " Jawab orang itu
"Duduklah." Sabda Rasulullah

Diapun duduk. Kemudiaan ada yang mengirim satu wadah kurma kepada Nabi saw.
"Bersedekahlah dengan ini " Sabda Rasulullah . Maksudnya dengan kurma.
"Kepada orang yang lebih fakir dari kami ?. Tidak ada di antara dua kampung ini keluarga yang lebih miskin dari kami" Kata orang itu.
Rasulullah saw pun tertawa hingga terlihat gigi serinya, lalu Rasulullah bersabda : "Ambilah, berilah makan keluargamu "
(Mutatafaq Alaih, dikeluarkan oleh Al Bukhari No 1936 dan Muslim No 1111)

Dari hadist tersebut di atas dapat kita pelajari bahwa ajaran islam tidak memberatkan untuk dilaksanakan sesuai kondisi keadaan dan kemampuan setiap individunya. Seorang yang paling miskin di antara dua kampungnya melakukan hungan suami istri, hingga ia mengeluh dan melaporkan sendiri akan perbuatannya kepada Rasulullah. Maka orang itu terkena kafarat yaitu diperinthakan membebaskan seorang budak tapi tidak mampu. Disuruh puasa dua bulan berturut-turut akan tetapi tidak mampu. Disuruh memberi makan 60 orang miskin tetapi tidak mampu, karena diantara kedua kampungnya dia adalah orang yang paling miskin. Apa reaksi Rasulullah ?. Apa memarahinya ? Mengumpatnya ?. Tidak..Bahkan malah tersenyunm dan tertawa. Orang itu akhirnya oleh Rasulullah diberi sewadah kurma untuk orang itu untuk diberikan kepada keluarganya yang miskin. Subhanallah.... Indahnya agama yang di ajarkan oleh Rasulullah..



  

Kamis, 25 Juni 2015

~:: KEPOMPONG RAMADHAN :: ~





Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wa Barokatuh.
Alhamdulillahi washolatu wassalamu 'ala rusulillahi wa'alaa jami'i man walahu,waba'du.
Alhamdulillah wasykurillah wanikmatillah La Haula Wala quwwata illa billah. Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati oleh Allah. Saat sekarang kita sedang menjalankan ibadah puasa wajib di bulan ramadhan tahun ini. Kita telah tahu semua bahw perintah puasa adalah merupakan bagian dari rukun Islam yang ke empat yaitu melaksanakan sahum atau puasa di bulan suci ramdhan. Dimana rukun islam yang terdiri dari 5 yaitu ; Syahadat, Shalat, Zakat, Shaum dan Haji ke baitullah bagi yang mampu. Ditegaskan juga perintah Allah diwajibkan bagi orang-orang yang beriman untuk melaksanakan shaum atau puasa di bulan ramdhan agar bertakwa. Sebagimana firman Allah swt.

أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2] : 183)

Sehingga hukumnya wajib bagi orang yang telah beriman, kecuali bila dalam keadaan sakit atu dalam perjalanan (safar) sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah swt :


امًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.



Ketika bulan ramadahan tiba umat islam berubah total dalam perilaku kehidupan sehari-harinya. Masjid dan mushola yang tadinya sepi ketika subuh atau isa maka banyak dikunjungi untuk beribadah berjamaah. Cermah-cernah agama sangat banyak frekwensi penampilannya, baik di media masa seperti TV, Radio, mimbar masjid dan mushola semuanya menyerukan kebagusan. Prilaku umat manusia hampir berubah drastis semuanya ber aroma agamis. Tidak hanya yang berubah sikap kearifannya akan tetapi berubah juga pola kebutuhan hidup sehariannya yang lebih banyak konsumtif, orang lebih banyak belanja makanan dan pakaian pada bulan ramadhan, hal ini akan lebih terasa bila hari lebaran akan  tiba. Semuanya serba mewah, sandang, papan dan pangan serba wah...
Bagi muslim sejati ramadhan adalan bulan yang dinanti-nanti. Tiga bulan lamanya senantiasa berdo’a tiada henti-hentinya “ Ya Allah sampaikanlah  aku di bulan Rajab dan di berikanlah kesempatan untuk bisa bertemu dibulan ramadhan”, sampai air matanya mengalir, air mata kerinduan ingin segera bertemu dengan bulan ramadhan. Bulan ramadhan adalah bulan ampunan, bulan penuh berkah dan di dalamnya ada malam lailatul qadr, malam seribu bulan, kita disuruh mencari malam lailatu qadr terutama pada sepuluh hari terakhir dibulan ramadhan. Semangat ibadahnya tambah kencang, masjid-masjid banyak membuka peluang untuk melakukan itikaf selama sepuluh hari terakhir bulan ramadhan, semata-mata hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Berdzikir, bertadzarus Al-Quran dan memuja dan memuji akan ke agungan Alllah swt. Tapi kebanyakan orang pada sepuluh hari terakhir pikirannya sudah bergeser ke kebutuhan dunia. Belum punya baju,sepatu atau sandal, makanan dan minuman  untuk lebaran, sehingga kebanyakan pada malam itu banyak orang-orang yang itikaf di mall-mall dan pasar malam. Malam-malam terakhir di bulan ramdhan disia-siakan, padahal Allah membuka pintu  ampunan  dan keberkahan lebar-lebar. Siapa yang minta ampun maka akan di ampuni, siapa yang minta keberkahan dan rahmat  akan diberikan. Bulan ramadhan bulan obral amal, amal sunah pahalanya dinaikkan menjadi pahala amal wajib, amal wajib pahalanya dilipat gandakan. Ini ramadhan benar-benar bulan penuh keberkahan Allah.
Sebelas bulan manusia penuh gelopotan daki dosa. Ibarat lampu sentir corongnya hitam legam terkena api. Begitupun pada diri manusia sebelas bulan bergelut dengan kehidupan sehari-hari pasti tidak lepas dari salah dan dosa. Baik dosa kecil, dosa besar, dosa yang nampak, dosa yang tidak nampak, dosa yang disengaja dan tidak disengaja, setiap dosa yang dilakukan maka akan membuat titik-titik hitam dalam qalbu, semangkin banyak titik hitamnya maka akan menggelapkan qalbu. Bila qalbu telah gelap, maka tidak bisa membedakan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang haq dan mana yang bathil.
Bulan ramadhan adalah bulan pencucian hati yang penuh jelaga akibat perbuatan dosa. Allah Maha Pemurah dan Maha Kasih Sayang, maka pada bulan ramdhanlah bulan pencucian jiwa lewat puasa ramadhan. Ramadhan sendiri artinya membakar, dalam pengertian membakar seluruh dosa, agar manusia kembali suci sesuai fitrahnya ketika pertama kali lahir ke dunia lewat rahim seorang ibu, manusia dilahirkan dalam keadaan suci tidak berdosa.  Kalau di ibaratkan mesin yang selama sebelas bulan digunakan terus, maka satu bulan tsb turun mesin (overhaul) untuk  diperbaiki agar pengoperasian mesin berikutnya berjalan dengan baik.
Kita telah tahu semua bahwa shaum ramadhan adalah hukumnya wajib bagi yang beriman. Setiap perintah Allah pasti akan membawa kebaikan untuk hidup orang tsb, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan berpuasa atau shaum ramdahan, maka penyakit-penyakit yang mengendap pada diri manusia akan hilang atau sembuh. Asam labung akan menurun, peredaran darah akan lancar. Hal ini bisa dibenarkan karena pencernaan pada waktu siang terbebas dari makanan-makanan yang bersantan, dan berlemak. Untuk itu ikutilah cara Rasulullah berbuka puasa, yang disunahkan berbuka dengan tiga butir kurma  dan minum air putih secukupnya. Menurut hasil riset bahwa didalam buah kurma banyak mengandung unsur gula alamai, karbohidrat dan banyak vitamin sebagai penggati kebutuhan manusia di waktu siang saat berpuasa. Dan buah kurma banyak dijadikan obat untuk penyakit. Jangan sampai ketika berbuka puasa menjadi waktu balas dendam akan kebutuhan makan, artinya ketika berbuka puasa perut kita di isi dengan aneka makanan selera kita.
Bulan ramdhan seharusnya bulan MENAHAN dari nafsu makan, minum dan syahwat. Kita benar-benar menahan seluruh nafsu buruk kita, menjaga seluruh panca indera kita. Mata,telinga dan hati tidak untuk berbuat maksiat. Tangan dan kaki tidak untuk berbuat mencederai manusia. Ibarat seeokor kupu-kupu yang sedang jadi kepompong, berdiam diri tidak makan dan tidak minum selama beberapa hari hingga kepompong menetas menjadi seekor kupu-kupu yang indah sayapnya. Setiap manusia akan senang melihatnya, dari anak kecil sampai orang tua terpaut hatinya ingin rasanya menangkapnya. Akan tetapi kupu-kupu yang tadinya berbentuk ulat bulu hampir setiap orang merasa jijik melihatnya dan ditakuti manusia akan tetapi setelah melalui fase proses kepompong  jadilah kupu-kupu bersayap indah dan lebar, mengepakkan sayapnya terbang melesat ke angkasa mengindari tangkapan anak manusia yang mengganggunya. Subhanallah..... ketika masih jadi ulat yang menjijik kan, jalan nya tertatih sedepa demi depa, akan tetapi kini bisa berterbangan dengan jarak tempuh puluhan kilo meter hanya dalam waktu yang cepat.
Proses kepompong hampir mirip dengan puasa ramadhan. Sebulan berpuasa selain menjalankan perintah agama, juga fase training agar menjadi manusia sejati. Dengan proses menahan lapar dan dahaga dan menahan nafsu syahwat, menjaga lisan, menjaga telinga, menjaga tangan, menjaga kaki menjaga kemaluan dan menjaga perut agar tidak berbuat kemaksiatan yang berakibat dosa.  Benar-benar training mental dan jiwa kita bersikap jujur dan berperilaku mulia terhadap sesamanya. Bila training nya lulus, maka akan menjadi manusia yang suci kembali ke fitrahnya seperti dilahirkan kembali. Hatinya bercahaya, pandangan hidupnya tidak sempit akan tetapi berpandangan luas penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup. Sehingga setiap penampilan dan tingkahnya disenangi dan dikagumi setiap insan manusia, karena kebersihan hatinya. Hati yang bersih akan memancarkan inner beauty yang membuat menarik bagi siapa yang memandangnya. Semoga kita akan mendapat ampunan di bulan ramadhan. Semoga kita mendapat Rahmat dan keberkahan di bulan ramadhan. Sehingga usai ramadhan, maka kita akan menjadi manusia yang berakhlak mulia sesuai tuntunan Nabi Agung Muhammad SAW. SEMOGA.....
Asyhadu alla ilaha illallah astaghfirullah asalukaljannata waa’udzubika minannar Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul’afwa fa’fua’anni
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, saya mohon ampun kepada Allah, saya meminta surga, dan berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf sebab itu beri maaflah saya.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wa Barokatuh.


Senin, 22 Juni 2015

~oOo~ SHALAT ISROQ ~oOo~



 
  Bismillah...
Bila kita belum bisa umrah atau haji. Kita bisa melakukan dengan melakukan shalat isroq yang pahalanya senilai dengan umrah dan haji. Ini caranya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »
Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian dia duduk – dalam riwayat lain: dia menetap di mesjid[1] – untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna[2].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan duduk menetap di tempat shalat, setelah shalat shubuh berjamaah, untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian melakukan shalat dua rakaat[3].
Faidah-faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
  • Shalat dua rakaat ini diistilahkan oleh para ulama[4] dengan shalat isyraq (terbitnya matahari), yang waktunya di awal waktu shalat dhuha[5].
  • Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “… sampai matahari terbit“, artinya: sampai matahari terbit dan agak naik setinggi satu tombak[6], yaitu sekitar 12-15 menit setelah matahari terbit[7], karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat ketika matahari terbit, terbenam dan ketika lurus di tengah-tengah langit[8].
  • Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai melakukan shalat shubuh, beliau duduk (berzikir) di tempat beliau shalat sampai matahari terbit dan meninggi”[9].
  • Keutamaan dalam hadits ini adalah bagi orang yang berzikir kepada Allah di mesjid tempat dia shalat sampai matahari terbit, dan tidak berbicara atau melakukan hal-hal yang tidak termasuk zikir, kecuali kalau wudhunya batal, maka dia boleh keluar mesjid untuk berwudhu dan segera kembali ke mesjid[10].
  • Maksud “berzikir kepada Allah” dalam hadits ini adalah umum, termasuk membaca al-Qur’an, membaca zikir di waktu pagi, maupun zikir-zikir lain yang disyariatkan.
  • Pengulangan kata “sempurna” dalam hadits ini adalah sebagai penguat dan penegas, dan bukan berarti mendapat tiga kali pahala haji dan umrah[11].
  • Makna “mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah” adalah hanya dalam pahala dan balasan, dan bukan berarti orang yang telah melakukannya tidak wajib lagi untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah jika dia mampu.

Minggu, 21 Juni 2015

~* SHALAT TEPAT WAKTU *~






Bimillah...
Kebanyakan manusia lebih takut sama perintah manusia ketimbang takut perintah Allah. Hal ini bisa dibuktikan. Ketika azan berkumandang yang merupakan perintah Allah untuk segera menunaikan ibadah shalat wajib, akan tetapi manusia masih asyik dengan pekerjaanya yang sedang dikerjakannya yang itu semua merupakan perintah manusia, baik itu atasan dalam kerjanya. Takut tidak bisa selesai dengan baik, takut kondite nya bisa menurun, takut tidak dinilai trampil ujung-ujungnya takut dipecat karena hasil kerjanya tidak baik dan tidak tepat waktu. Bahkan rasanya tidak enak sekali, bila tiba-tiba suara azan berkumandang kita dalam keadaan masih rapat atau meeting dengan bosnya, mau keluar ruangan untuk shalat rasanya takut. Kebanyakan manusia lebih takut sama manusia ketimbang sama Allah, yang hakekatnya Allah pemilik alam jagad raya ini.

Perhatikan hadist ini ;
مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ فَلاَ صَلاَةَ لَهُ إِلاَّ مِنْ عُذْرٍ.
“Barangsiapa yang mendengar adzan tapi tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur.”

Pernah dikatakan kepada Ibnu Abbas , “Apa yang dimaksud dengan udzur itu?” ia menjawab, “Takut atau sakit.” Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam , bahwa beliau didatangi oleh seorang laki-laki buta, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku pergi ke masjid. Apakah aku punya rukhshah untuk shalat di rumahku?” kemudian beliau bertanya,
هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَأَجِبْ.
“Apakah engkau mendengar seruan untuk shalat?” ia menjawab, “Ya”, beliau berkata lagi, “Kalau begitu, penuhilah.”
Orang yang buta saja dan tidak ada yang menuntun untuk pergi ke mesjid diperintahkan untuk memenuhi panggilan shalat bila masih bisa mendengar suara azan, tentunya dengan jalan yang tertatih-tatih dengan tongkatnya. Ini menunjukkan betapa SANGAT PENTINGNYA SHALAT WAJIB. Lantas kita yang diberi karunia dengan mata yang bisa melihat, badan yang sehat, ketika kita mendengar suara azan, hatinya tidak tergerak untuk segera menunaikan perintah Allah yang wajib ?. Dengan alasan hanya semuanya untuk kepentingan dunia yang fana ini, yang bila meninggal tiak akan dibawa. 
  
Perhatikanlah firman Allah, yang artinya “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Maa’uun: 4-5)
Al-Haafidz Ibnu Katsir rahimahullahu ta’ala berkata, yang dimaksud orang-orang yang lalai dari shalatnya adalah:
  1. Orang tersebut menunda shalat dari awal waktunya sehingga ia selalu mengakhirkan sampai waktu yang terakhir.
  2. Orang tersebut tidak melaksanakan rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  3. Orang tersebut tidak khusyu’ dalam shalat dan tidak merenungi makna bacaan shalat.
Dan siapa saja yang memiliki salah satu dari ketiga sifat tersebut maka ia termasuk bagian dari ayat ini (yakni termasuk orang-orang yang lalai dalam shalatnya).
Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ,

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ.
“Sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.”
SEMOGA KITA BISA MENJAGA SHALAT WAJIB KITA DENGAN TEPAT WAKTU....


Ilmu akan Membasahi Jiwamu yang Kering….



~ JIWA ATAU RUHNYA SHALAT ~






Jiwa atau ruhnya shalat adalah IKHLAS ,KHUSYU' dan HADIR HATI

IKHLAS
Kata abdul Qasim Abdul Karim Al Qusyairy dalam Risalahnya :
"Ikhlas itu, menentukan tha'at (ibadat) untuk Tuhan yang haq saja" (Membulatkan tujuan dalam beribadat hanya kepada Allah semata). Maksudnya adalah mengerjakan ibadah , semata-mata karena hendak mendekatkan diri kepada Allah semesta alam, bukan karena mengharap sanjungan atau pujian dan sanjungan dari manusia. Sehingga ikhlas merupakan pembersihan amal ibadah dari perhatian manusia.

Kata Abu 'Ali ad-Daqqaq:
"Ikhlas itu, ialah memelihara ibadah dari perhatian manusia Dan benar itu ialah: bersih hati dari mengikuti hawa nafsu"

Tegasnya orang yang mukhlis, tak ada ria dalam mengerjakan ibadah. Dengan demikian Ikhlas ialah bersamaan perbuatan DHOHIR dan BATHIN  dalam beibadah semata-mata mencari ridho Allah


KHUSYU
1. Kata setengah ulama : "Khusyu ialah memejamkan mata/penglihatan
    dan merendahkan suara.
2. Kata Ali bin Abi Thalib r.a :"Khusyu ialah tiada berpaling kekanan
    dan kekiri dalam shalat".
3. Kata Amru ibnu Dinar: " Khusyu ialah tenang dan bagus kelakuan"
4. Kata Ibnu Sirin : "Khusyu ialah tiada mengangkat pandangan dari tempat sujud"
5. Kata Ibnu Jabir :"Khusyu ialah tetap mengarahkan pikiran kepada shalat
    hingga tiada mengetahui orang sebelah kanan dan kiri"
6. Kata "Atha : "Khusyu ialah : "Tiada mempermain-mainkan tangan,
     tiada memegang-megang badan dalam shalat"

Dengan keterangan diatas maka pengertia khusyu adalah :
AMALAN BADAN, seperti tenang. AMALAN HATI sama dengan TAKUT. Menurut pentahqiqan : "Khusyu adalah amalan hati; suatu keadaan (kelakuan) yang mempengaruhi jiwa, yang tercermin dalam wujud anggota badan seperti tenang dan menundukan diri.
Nabi bersabda:
"Sekiranya khusyu hati-jiwa ini, tentulah khusyu segala anggotanya" (H.R. Al Hakim, At Turmudzy dari Abu Hurairah, Al-Jamius Shaghier, Jilid 2, Halaman 108)

Tegasnya khusuk ialah : "Tunduk dan tawadlu, serta BERKETENANGAN HATI dan segala anggota badan kepada Allah"
Sedangkan pengertan TAKUT AKAN ALLAH dalam shalat ialah merasa benar-benar akan Kekuasaan Allah dan akan kekuatan-Nya dan ketembusan iradat-Nya atau Kehendak-Nya.

HADIR HATI
Hadir hati dalam shalat ialah memusatkan segala pikiran kepada yang dikerjakan (shalat) tiada berpaling kepada yang lainnya. Jangan sampai ketika shalat akan tetapi hatinya kemana-mana, yakinkan bahwa Allah melihat semua gerak-gerik kita.

SEMOGA BISA KHUSYU DALAM SHALAT.....JANGAN PUTUS ASA BILA BELUM DIDAPAT...STEP BY STEP...DALAM MERAIH KEKHUSYUAN DALAM SHALAT....

Jumat, 19 Juni 2015

Serial Belajar Tahsin (01): Kewajiban Belajar Tajwid


~ PEMBAGIAN JUZ DALAM AL QURAN ~





  • Juz 1 : QS. (1). Al-Faatihah ayat 1 s/d  (2). Al-Baqarah ayat 141

  • Juz 2 : QS. (2). Al-Baqarah ayat 142 s/d (2). Al-Baqarah ayat 252

  • Juz 3 : QS. (2). Al-Baqarah ayat 253 s/d (3). Al-Imran ayat 92

  • Juz 4 : QS. (3). Al-Imran ayat 93 s/d (4). An-Nisaa ayat 23

  • Juz 5 : QS. (4). An-Nisaa ayat 24 s/d (4). An- Nisaa ayat 147

  • Juz 6 : QS. (4). An-Nisaa ayat 148 s/d (5). Al-Ma’idah ayat 81

  • Juz 7 : QS. (5). Al-Ma’idah ayat 82 s/d (6).Al-An’am ayat 110

  • Juz 8 : QS. (6). Al-An’am ayat 111 s/d (7). Al-A’raf ayat 87

  • Juz 9 : QS. (7). Al-A’raf ayat 88 s/d (8). Al-Anfal ayat 40

  • Juz 10 : QS. (8). Al-Anfal ayat 41 s/d (9). At-Taubah ayat 92

  • Juz 11 : QS. (9). At-Taubah ayat 93 s/d (11). Hud ayat 5

  • Juz 12 : QS. (11). Hud 6 s/d (12). Yusuf  ayat 52

  • Juz 13 : QS. (12). Yusuf ayat 53 s/d (14). Ibrahim ayat 52

  • Juz 14 : QS. (15). Al-Hijr ayat 1 s/d (16). An-Nahl ayat 128

  • Juz 15 : QS. (17). Al-Isra ayat 1 s/d (18). Al-Kahfi ayat 74

  • Juz 16 : QS. (18). Al-Kahfi ayat 75 s/d (20). Thaahaa ayat 135

  • Juz 17 : QS. (21). Al-Anbiyaa ayat 1 s/d (22). Al-Hajj ayat 78

  • Juz 18 : QS. (23). Al-Mu’minun ayat 1 s/d (25). Al-Furqan ayat 20

  • Juz 19 : QS. (25). Al-Furqan ayat 21 s/d (27). An-Naml ayat 55

  • Juz 20 : QS. (27). An-Naml ayat 56 s/d (29). Al-Ankabut ayat 45

  • Juz 21 : QS. (29). Al-Ankabut ayat 46 s/d (33). Al-Azhab ayat 30

  • Juz 22 : QS. (33). Al-Azhab ayat 31 s/d (36). Yaasiiin ayat 27

  • Juz 23 : QS. (36). Yaasiin ayat 28 s/d (39). Az-Zumar ayat 31

  • Juz 24 : QS. (39). Az-Zumar ayat 32 s/d (41). Fushshilat ayat 46

  • Juz 25 : QS. (41). Fushshilat ayat 47 s/d (45). Al-Jaatshiyah ayat 37

  • Juz 26 : QS. (46). Al-Ahqaf ayat 1 s/d (51). Adz-Dzaariyaat ayat 30

  • Juz 27 : QS. (51). Adz-Dzaariyaat ayat 31 s/d (57). Al-Hadid ayat 29

  • Juz 28 : QS. (58). Al-Mujaadilah ayat 1 s/d (66). At-Tahrim ayat 12

  • Juz 29 : QS. (67). Al-Mulk ayat 1 s/d (77). Al-Mursalat ayat 50

  • Juz 30 : QS. (78). An-Nabaa ayat 1 s/d (114). An-Naas 6

Kamis, 18 Juni 2015

# ISLAM MENGANJURKAN UNTUK BEPERGIAN #





Saat aku menulis tulisan ini tepat pada tanggal 1 Ramadhan  1436 H atau Tanggal 18 Juni 2015, dimana umat islam sedang melakukan ibadah puasa pada hari pertama. Sepertinya aktivitas kehidupan kita selama ramadhan serba di batasi, karena tubuh kita dalam keadaan lemas karena sedang menahan lapar dan dahaga saat menjalankan puasa ramadhan yang hukumnya wajib bagi yang orang yang beriman guna menggapai takwa sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183:

  أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Walapun hukumnya wajib akan tetapi Allah swt memberikan keringanan kepada orang-orang dalam keadaan tertentu seperti yang di jelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 184


 
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Sakit yang bagimana dan perjalanan yang bagimana ?
Dijelaskan Dibolehkan tidak berpuasa bagi orang yang sakit dan musafir dengan ketentuan-ketentuan, apabila sakit itu berat dan akan mempengaruhi keselamatan jiwa atau keselamatan sebagian anggota tubuhnya atau menambah sakitnya bila ia berpuasa; dan juga bagi orang-orang yang musafir, apabila perjalanannya itu dalam jarak jauh, yang ukurannya paling sedikit ialah 16 farsakh (kurang lebih 80 km).

Tentunya setelah ramadhan maka wajib mengganti puasa ramadhan sebanyak hari yang telah ditinggalkannya. 

 Termasuk orang-orang yang berat mengerjakan puasa itu ialah:
a) Orang tua yang tidak mampu berpuasa, bila ia tidak berpuasa diganti dengan fidyah.
b) Wanita hamil dan yang sedang menyusui bayi.
c)  Orang-orang sakit yang tidak sanggup berpuasa dan penyakitnya tidak ada harapan akan sembuh, hanya diwajibkan membayar fidyah.
d)  Mengenai buruh dan petani yang penghidupannya hanya hasil kerja keras dan membanting tulang setiap hari, dalam hal ini ulama fikih mengemukakan pendapat sebagai berikut:
1. Imam Al-Azra`i telah memberi fatwa “sesungguhnya wajib bagi orang-orang pengetam padi dan sebagainya dan yang serupa dengan mereka, berniat puasa setiap malam Ramadhan. Barang siapa (pada siang harinya) ternyata mengalami kesukaran atau penderitaan yang berat, maka ia boleh berbuka puasa. Dan kalau tidak demikian, ia tidak boleh berbuka.”
2.Kalau seseorang yang pencariannya tergantung kepada suatu pekerjaan berat untuk menutupi kebutuhan hidupnya atau kebutuhan hidup orang-orang yang harus dibelanjainya di mana ia tidak tahan berpuasa maka ia boleh berbuka di waktu itu (dengan arti harus berpuasa sejak pagi).
Kemudian pada akhir ayat 184 ini Allah menjelaskan bahwa barang siapa yang dengan rela hati mengerjakan kebajikan dengan membayar fidyah lebih dari ukurannya atau memberinya makan lebih dari seorang miskin, maka perbuatan itu baik baginya. Sesudah itu Allah menutup ayat ini dengan menekankan bahwa berpuasa itu lebih baik daripada tidak berpuasa.
Kalau orangnya sehat dan kaya tidak perbolehkan mengganti puasa ramadhan dengan membayar fidyah. 

Dalam kontek ayat ini, mengapa orang yang dalam perjalanan (safar) diberi keringanan untuk tidak berpuasa di bulan ramdhan ?. Apakah perjalanan zaman dahulu sejauh 80 KM di daerah negeri Arab yang tanahnya tandus dan penuh padang pasir dengan kendaraan onta atau kuda dengan terik matahari yang menyengat tubuh, maka pada waktu itu diperbolehkan untuk tidak berpuasa akan tetapi harus menggantinya setelah bulan ramdhan sebanyak hari yang di tinggalkannya. Hal ini memang bisa dibenarkan, akan tetapi era sekarang yang sudah memasuki zaman teknologi, dimana perjalanan beratus-ratus kilometer hanya bisa ditempuh beberapa jam saja dengan memakai pesawat terbang atau kereta api atau kendaraan yang lainnya. Kita tinggal duduk di ruang ber ac, sambil baca buku maka dalam tempo satu atau dua jam kita telah menempuh perjalanan beratus kilometer. 
Bila kita cermati, ayat perintah puasa yang wajib bisa di tunda pelaksanaanya saat kita sedang dalam perjalanan, hal kini karena maha kemurahan dan kebijaksanaannya Alllah swt. Dibalik itu semuanya ada rahasia yang begitu besar. Islam menganjurkan agar orang dalam hidupnya tidak hanya bergerak dalam satu lingkup saja, akan tetapi Islam menganjurkan agar orang melihat atau mengunjungi bumi Allah yang sangat luas dibelahan bumi manapun untuk bisa saling mengenal lingkungan yang lain, baik keadaan alamnya, cuacanya, sosial kehidupannya masyarakat yang lain, yang semuanya merupakan ke agungan Allah swt. Orang atau bangsa yang besar adalah bangsa atau orang yang senantiasa bergerak ber ekspansi mengarungi samudra yang luas dan buas untuk melakukan pencarian kehidupan yang lebih baik dengan belajar ke negeri orang untuk menimba ilmu dan teknologi bangsa lain yang telah maju. Saling menyambung silaturahmi antar suku dan ras yang berbeda. Sehingga yang diperbolehkan tidak tidak berpuasa di bulan ramadhan ketika sedang dalam perjalanan dengan tujuan untuk kebaikan dan untuk ibadah, akan tetapi bila tujuannya bepergian untuk kemaksiatan maka, akan mendapat azab yang sangat berat.
JADILAH ORANG ISLAM YANG SELALU BERGERAK UNTUK MELIHAT KEBESARAN DAN KEMAHA ESAAN ALLAH YANG TELAH MENCIPTAKAN ALAM DUNIA BESERTA ISINYA.
 

183. Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu[1] agar kamu bertakwa[2], - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-baqarah-ayat-183-187.html#sthash.R9AzTfey.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣) أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-baqarah-ayat-183-187.html#sthash.R9AzTfey.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣) أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-baqarah-ayat-183-187.html#sthash.R9AzTfey.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣) أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-baqarah-ayat-183-187.html#sthash.R9AzTfey.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣) أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-baqarah-ayat-183-187.html#sthash.R9AzTfey.dpuf

Rabu, 17 Juni 2015

DO'A DIBULAN RAMADHAN


 



Aku akan ceriterakan kisah percakapanku dengan guruku kurang lebih lima tahun yang lalu. Suatu malam di bulan ramdhan aku dan guruku yang mulia sedang asyik berbincang-bincang seputar malam lailatul qadr (Pembahasan malam laitul qadr akan dibahas pada sesi yang berikutnya). Pada sesi ini aku akan membicarakan bagaimana cara mendapatkan malam lailatul qadr. Guruku memberikan sebuah amalan yang setiap saat, baik dalam keadaan sehabis shalat atau sedang dalam keadaan beraktivitas sekalipun, misal sedang menyapu lantai, mencuci baju, memasak, mengepel lantai, menyeterika baju, bahkan sedang dalam keadaan bekerja di kantor, dipasar dimana saja berada bibirnya atau hatinya senantiasa berdo'a :

الشهد ان لا اله الّا الله أستغفر الله أسألك الجنّة وأعوذ بك من النّار
اللهمّ إنّك عفوّ تحبّ العفو فاعف عنّى
Asyhadu alla ilaha illallah astaghfirullah asalukaljannata waa’udzubika minannar Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul’afwa fa’fua’anni
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, saya mohon ampun kepada Allah, saya meminta surga, dan berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf sebab itu beri maaflah saya.

Kata guruku, amalan ini didapat dari ayahnya guruku. Ayah guruku seorang yang alim dan mempunyai banyak putra dan semuanya menjadi ulama dan kaya-kaya dalam hidupnya. Hampir semua putranya mempunyai pondok pesantren, salah satunya ada di kota Tegal Pondok Pesantren Daarul Hijrah Kota Tegal.

SEMOGA BISA MENGAMALKAN DAN SEMOGA MENDAPAT MALAM LAILATUL QADR ATAU MALAM SERIBU BULAN.


Jumat, 12 Juni 2015

*~ Faktor-faktor yang dapat menjadi penghalang rezeki ~*

  1. Proses pencarian rezeki yang tidak bersih

    Hendaknya dalam mencari rezeki, pastikan semuanya ditempuh dengan cara yang bersih, halal. Proses pencarian rezeki yang halal, akan menghasilkan rezeki yang halal dan berkah.
  2. Hilangnya ketawakalan dalam diri

    Tawakal artinya berserah diri pada Allah SWT. Dalam proses pencarian rezeki, kita hendaknya selalu percaya pada Allah SWT. Sehingga ketika kita mendapati kejadian yang tidak diharapkan dalam proses penjemputan rezeki, kita mengembalikan semua perkara itu Allah SWT untuk mencari hikmahnya, selalu berbaik sangka kepada Allah dan tetap berusaha menjemput rezeki yang baik. Sebagaimana QS. At-Thalaaq 3 yang artinya : Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. 
  3. Perbuatan dosa dan maksiat

    Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR. Ahmad). Maka segeralah bertobat dan menjauhi maksiat, agar rezeki kita semakin lancar.
  4. Terlalu sibuk dengan duniawi

    Mencari dunia tidak dilarang. Malahan bagus bila kita mencari dunia, untuk keperluan akherat, misal menampung anak-anak yatim. Namun jangan sampai kesibukan duniawi kita, membuat lalai pada Allah SWT.
  5. Malas bersedekah

    Sedekah adalah salah satu cara memperlancar rezeki. Sedekah sekecil apapun akan dibalas, meski itu sebesar biji sawi. Satu sedekah akan dibalas Allah sebanyak 7 kali, bahkan sampai 700 kali. Firman Allah SWT pada QS. Al-Baqarah 261 : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Maka dari itu, ayolah semangat bersedekah, dimulai dengan tetangga sekitar kita yang membutuhkan.
Itulah beberapa sebab yang membuat terhalangnya rezeki. Semoga bermanfaat.

Selasa, 09 Juni 2015

Ringkasan Fiqih Puasa dalam Madzhab Al-Imam Syafi’i


Mafahim: Puasa secara bahasa berarti: Menahan. Menurut istilah syara’  berarti menahan diri  dari sesuatu perkara yang membatalkan puasa, mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat tertentu.
Dasar Wajib Puasa
Maksud Firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (Al Baqarah: 183)
Hikmah Puasa
Antara lain, menahan hawa nafsu, mengurangi syahwat, memberikan pelajaran bagi orang kaya untuk merasakan lapar sehingga menumbuhkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin dan menjaga dari maksiat.
Syarat Sah Puasa:
  1. Islam
  2. Berakal
  3. Bersih dari haid/ nifas
  4. Mengetahui waktu diperbolehkan untuk berpuasa
Tidak Sah puasa bagi orang kafir, orang gila walau pun sebentar, perempuan haid atau nifas dan puasa pada waktu yang diharamkan berpuasa, seperti hari raya atau hari tasyriq. Adapun perempuan yang terputus haid atau nifasnya sebelum fajar, maka puasanya tetap Sah dengan syarat telah niat, sekali pun belum mandi sampai pagi.
Syarat Wajib Puasa:
  • Islam: Puasa tidak wajib bagi orang kafir dalam hukum dunia, namun di akhirat mereka tetap akan diadzab karena kekafirannya. Adapun orang murtad, maka  wajib baginya mengqodho’ apabila ia kembali masuk Islam.
  • Mukallaf (baligh dan berakal): Anak yang belum baligh tidak wajib puasa, namun orang tua wajib memerintahkan putra-putrinya berpuasa sejak kecil (7 tahun) dan memukul (sewajarnya) jika meninggalkan puasa saat berumur 10 tahun.
  • Mampu mengerjakan puasa (bukan orang lansia atau orang sakit): Lansia yang tidak mampu berpuasa atau orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh menurut medis wajib mengganti puasanya dengan membayar fidyah yaitu satu mud (sekitar 6,25 ons) makanan pokok (beras) untuk setiap harinya.
  • Mukim: Tidak wajib bagi Musafir selama ia bepergian sejauh lebih dari 82 km, keluar dari batas kotanya sebelum fajar dan menetap di kota tujuan tidak lebih dari 4 hari.
Rukun-rukun Puasa:
1. Niat: (untuk puasa wajib maupun sunnah), mulai terbenamnya matahari hingga sebelum terbitnya fajar.
Niat (talaffud) puasa Ramadhan:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى
“SAYA NIAT MENGERJAKAN KEWAJIBAN PUASA BULAN RAMADHAN ESOK HARI PADA TAHUN INI KARENA ALLAH TA’ALA”.
Niat hendaknya dilakukan setiap malam hari selama bulan Ramadhan. Niat (rukun) dilakukan di dalam hati, tanpa niat (dalam hati) puasanya tidak Sah. Adapun mengucapkan/ talaffud adalah sunnah.
2. Menghindari perkara yang membatalkan puasa, kecuali jika lupa atau dipaksa atau karena kebodohan yang ditolerir oleh syari’at (jahil ma’dzur).
Jahil ma’dzur/ kebodohan yang ditolerir syari’at ada dua:
  • a.  Hidup jauh dari ulama
  • b.  Baru masuk Islam
Hal-hal yang Membatalkan Puasa:
  1. Masuknya sesuatu ke dalam rongga terbuka yang tembus ke dalam tubuh seperti mulut, hidung, telinga dan dua lubang qubul-dubur dengan disengaja, mengetahui keharamannya dan atas kehendak sendiri. Namun jika dalam keadaan lupa, tidak mengetahui keharamannya karena bodoh yang ditolerir atau karena dipaksa, maka puasanya tetap Sah.
  2. Murtad, yakni keluar dari Islam, baik dengan niat dalam hati, perkataan, perbuatan, walau pun perbuatan murtad tersebut sekejap saja.
  3. Haid, nifas dan melahirkan sekali pun sebentar.
  4. Gila meski pun sebentar.
  5. Pingsan dan mabuk (tidak disengaja) sehari penuh. Jika masih ada kesadaran sekali pun sebentar, puasanya tetap Sah.
  6. Bersetubuh dengan sengaja dan mengetahui keharamannya.
  7. Mengeluarkan mani, baik dengan tangan, atau tangan istrinya, atau dengan berhayal, atau dengan melihat (jika dengan berhayal dan melihat itu dia tahu kalau akan mengeluarkan mani), atau dengan tidur berdampingan (bersenang-senang) bersama istrinya. Jika mani keluar dengan salah satu sebab di atas, maka puasanya batal.
  8. Muntah dengan sengaja.
Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Puasa:
1. Suami-Istri
Apabila seseorang berhubungan dengan istrinya pada siang hari Ramadhan dengan sengaja, tanpa terpaksa dan mengetahui keharamannya maka puasanya batal, berdosa, wajib menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sampai maghrib dan wajib mengqodho puasanya serta wajib membayar denda kaffarah udzma yaitu:
  • Membebaskan budak perempuan yang islam.
  • Jika tidak mampu, wajib berpuasa dua bulan berturut-turut.
  • Jika tidak mampu, maka wajib memberi makanan pada 60 orang miskin masing-masing berupa 1 mud (sekitar 6,5 ons) dari makanan pokok.
Denda ini wajib dikeluarkan hanya bagi laki-laki saja, karena dengan masuknya kelamin laki-laki, sang wanita sudah menjadi batal puasanya.
2. Hukum Menelan Dahak.
  • Jika telah mencapai batas luar tenggorokan, maka haram menelan dan membatalkan puasanya.
  • Jika masih di batas dalam tenggorokan, maka boleh dan tidak membatalkan puasanya.
Yang dimaksud batas luar tenggorokan menurut pendapat Imam Nawawi (yang mu’tamad) adalah makhroj huruf ha’ (ح) dan dibawahnya adalah batas dalam. Sedangkan menurut sebagian ulama, batas luar adalah makhroj huruf kho’ (خ) dan dibawahnya adalah batas dalam.
3. Menelan Ludah Tidak Membatalkan Puasa dengan Syarat:
  • Murni (tidak tercampur benda lain)
  • Suci
  • Berasal dari sumbernya yaitu lidah dan dalam mulut, sedangkan menelan ludah yang sudah berada pada bibir luar membatalkan puasa.
4. Hukum Masuknya Air Mandi ke Dalam Rongga Tanpa Sengaja:
  • Jika sebab mandi sunnah seperti mandi untuk sholat jum’at atau mandi wajib (janabat) maka tidak membatalkan puasa kecuali jika sengaja atau dengan menyelam.
  • Jika bukan mandi sunnah atau wajib seperti mandi untuk membersihkan badan, maka puasanya batal baik disengaja atau tidak.
5. Hukum Air Kumur yang Tertelan Tanpa Sengaja:
  • Jika berkumur untuk kesunnahan seperti dalam wudhu’, tidak membatalkan puasa asalkan tidak terlalu ke dalam (mubalaghoh).
  • Jika berkumur biasa, bukan untuk kesunnahan maka puasanya batal secara mutlak, baik terlalu ke dalam (mubalaghoh) atau tidak.
6. Muntah atau Dalam Mulut Berdarah
Orang yang muntah atau dalam mulutnya berdarah wajib berkumur dengan mubalaghoh (membersihkan hingga ke pangkal tenggorokan) agar semua bagian mulutnya suci. Apabila ia menelan ludah tanpa mensucikan mulutnya dari sisa muntah, maka puasanya batal.
7. Membatalkan Puasa atau Tidak Niat
Orang yang sengaja membatalkan puasanya (alasan syar’i) atau tidak berniat di malam hari, wajib menahan diri di siang hari Ramadhan dari perkara yang membatalkan puasa (selayaknya orang puasa) sampai maghrib dan setelah Ramadhan wajib mengqodho puasanya.
8. Berbagai konsekuensi bagi orang yang tidak berpuasa atau membatalkan puasa Ramadhan:
A. WAJIB QODHO’ DAN MEMBAYAR DENDA
  • Jika membatalkan puasa demi orang lain. Seperti perempuan mengandung dan menyusui yang tidak puasa karena kuatir pada kesehatan anaknya saja.
  • Mengakhirkan qodho’ puasanya hingga datang Ramadhan lagi tanpa ada uzur.
B. WAJIB QODHO’ TANPA DENDA
  • Berlaku bagi orang yang tidak berniat puasa di malam hari
  • Orang yang membatalkan puasanya dengan selain jima’ (bersetubuh)
  • Perempuan hamil atau menyusui yang tidak puasa karena kuatir pada kesehatan dirinya saja atau kesehatan dirinya dan anaknya.
C. WAJIB DENDA TANPA QODHO’
  • Berlaku bagi orang lanjut usia tidak mampu berpuasa.
  • Orang sakit yang tidak punya harapan sembuh, ia tidak mampu berpuasa.
D. TIDAK WAJIB QODHO’ DAN TIDAK WAJIB DENDA
  • Berlaku bagi orang yang kehilangan akal/ gila yang permanen atau tidak mengalami kesembuhan.
Yang dimaksud DENDA di sini adalah FIDYAH, 1 mud (6,5 ons) makanan pokok daerah setempat (beras) untuk setiap harinya.
Hal-hal yang Disunnahkan dalam Puasa Ramadhan
  1. Menyegerakan berbuka puasa.
  2. Makan Sahur.
  3. Mengakhirkan sahur, dimulai dari tengah malam.
  4. Berbuka dengan kurma (ruthab) + dengan bilangan ganjil. Bila tidak ada kurma, dengan air zam zam/ air putih. Atau dengan makanan manis alami (yang belum tersentuh oleh api/ dimasak), misal: madu, kismis dan sejenisnya.
  5. Membaca doa saat berbuka puasa.
  6. Memberi makanan berbuka pada orang yang berpuasa.
  7. Mandi janabat sebelum terbitnya fajar bagi orang yang junub di malam hari.
  8. Mandi setiap malam di bulan Ramadhan.
  9. Menekuni sholat tarawih dan witir.
  10. Memperbanyak bacaan Al Qur’an dengan tadabbur.
  11. Memperbanyak amalan sunnah dan amal sholeh.
  12. Meninggalkan caci maki.
  13. Berusaha makan dari yang halal.
  14. Bersungguh-sungguh di sepuluh hari terakhir.
HAL-HAL YANG DIMAKRUHKAN DALAM PUASA RAMADHAN
  1. Mencicipi makanan.
  2. Bekam (mengeluarkan darah).
  3. Banyak tidur dan terlalu kenyang.
  4. Mandi dengan menyelam.
  5. Memakai siwak setelah masuk waktu duhur.
HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PAHALA PUASA (MUHBITHAAT)
  1. Ghibah (gossip).
  2. Adu domba.
  3. Berbohong.
  4. Memandang hal-hal yang haram atau pun halal, namun dengan syahwat.
  5. Sumpah palsu.
  6. Berkata jorok atau melakukan perbuatan jelek.
Catatan tambahan dan soal-jawab seputar puasa.
Untuk menentukan awal Bulan Ramadhan dan 1 Syawwal (Lebaran Idul Fitri) dianjurkan mengikuti keputusan Pemerintah Pusat. Dalam hal ini adalah Majlis Ulama Indonesia (MUI), melalui sidang Itsbat, yang anggotanya terdiri dari pakar-pakar Islam yang kredibel dalam ilmu ru’yah maupun hisab. Dengan demikian umat Islam Indonesia dapat bersatu dan tidak terpecah belah.
  • Soal: Bagaimana hukumnya orang yang berpuasa melakukan cek golongan darah, dengan sedikit melukai kulit?
  • Jawab : Boleh dan Puasanya Sah.
  • Soal : Bagaimana hukumnya orang yang berpuasa melakukan infus/ memasukan makanan melalui pembuluh darah?
  • Jawab : Tidak Boleh dan Puasanya Batal.
  • Soal : Bagaimana hukumnya berpuasa melakukan suntik atau bius lokal?
  • Jawab : Boleh dan Puasanya Sah selama cairan tidak mengalir ke saluran makanan (pencernaan).
  • Soal : Bagaimana hukumnya berpuasa melakukan donor darah atau mengambil darah untuk cek laboratorium termasuk hijamah (bekam)?
  • Jawab : Hukumnya makruh dan Puasanya Sah.